POLITIK bukan tujuan. Politik adalah proses. Filosofi ini tertanam betul pada diri Dr. Dr. H.M. Syafruddin Nurdin, M.Kes, Pengabdian Itu Tidak Berujung. Duduk sebagai pamong di jajaran pemerintah daerah Kabupaten Jeneponto masih saja mengajarinya untuk menjalani proses panjang menuju tujuan politik. "Tujuan politik itu satu…pengabdian. Dan pengabdian itu tidak berujung," ujarnya singkat.
Kata Syafruddin Nurdin terlalu banyak yang belum dilakukan untuk rakyat Jenponto. menjadi pamong di pemerintahan rasanya belum cukup, karena itu ia berharap pengabdian itu bisa terus berjalan. "Saya ingin ujung dari pengabdian kami sebagai pamong di pemerintahan sampai saat ini adalah kesejahteraan. Rakyat Jeneponto harus bisa lebih baik dari hari ini. Itu obsesi kami. Kami tidak akan berhenti sebelum sampai ke arah itu," paparnya.
Syafruddin Nurdin mengawali karier dari bawah baik sebagai tokoh pemuda, tokoh masyarakat dan berbagai elemen organisasi tidak heran bila kemudian ia juga menjadi incaran banyak kalangan untuk didaulat sebagai pembina atau penasehat pada berbagai komponen organisasi besar.
Tak heran tawaran kekuasaan datang silih berganti. Tak sedikit yang memberinya iming-iming besar. Termasuk materi, kedudukan. Juga janji masa depan politik. Tapi semua itu tak lantas membuatnya silau. Euforia yang ditawarkan tidak mengikis ideologi Syafruddin Nurdin untuk berlabuh sebagai pemong pelayan masyarakat di pemerintahan Kabupaten Jeneponto.
"Saya akan tetap mengabdikan diri sebagai pamong lewat jalur pemerintahan dan akan selalu setia pada pimpinan demi kesejahteraan dan kemajuan Kabupaten Jeneponto," katanya.
Tantangan-tantangan untuk memajukan daerah Jeneponto menurut Syafruddin Nurdin berimplikasi baik pada semangat dirinya untuk tidak berhenti terus mengabdi.
Meski di satu sisi ada saja orang-orang yang sempat pesimis. "Saya merasakan betul bagaimana jadi pamong di institusi pemerintahan, namun jadi pamong memberi banyak pelajaran dan pengalaman hingga bisa membawa saya sebagai Sekda Jeneponto saat ini," katanya.
Syafruddin Nurdin mengatakan, mengabdi di eksekutif seperti candu. Seseorang selalu merasa terikat dengannya. Semakin kita memahami esensi pengabdian semakin terasa kecil apa yang kita berikan pada orang. "Selalu ada dorongan untuk berbuat lebih. "Dulu saya pikir cukup dengan seperti jabatan yang ada seperti sekarang ini sudah cukup. Ternyata tidak, amanah yang diberikan rakyat masih besar dan itu perlu berkelanjutan," paparnya.
Lantas apa lagi yang diharapkan Syafruddin Nurdin. Menurutnya, tidak pernah ada kata cukup untuk sebuah perbaikan. Apa perlu yang dicapai hingga bisa terus berkiprah tidak harus berhenti sampai disitu.
Pengabdian ini berkesinambungan dan selalu ada tuntutan dari waktu ke waktu.
Tugas ini tidak kalah rumitnya dengan tugas sebagai pelayan masyarakat. "Jadi prinsipnya sama saja. Tergantung bagaimana kita memaknai perjuangan kita kepada rakyat," katanya.
Dua-duanya berada di medan berbeda, tetapi mengusung prinsip yang sama. Yakni demi rakyat. ( LAPORAN : MUH. YUNAR )
Sumber : http://www.celebes-news.com/2021/06/18/sekda-jeneponto-syafruddin-nurdin-pengabdian-itu-tidak-berujung/
Makassar.Online Kumpulan berita terkini harian Makassar dan Sekitarnya terbaru dan terlengkap dari berbagai sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.
Sosmed Kami