Makassar, IDN Times - Internet menghapus batas-batas sosial. Hadirnya berbagai media sosial membuat potensi kita bertemu orang-orang baru terbuka lebar.
Gak cuma teman, ada orang yang bahkan menemukan jodohnya melalui media sosial. Seperti yang dialami Vivi (29). Dia menemukan pasangan hidupnya lewat aplikasi kencan, Tinder.
Vivi bercerita, dia mulai main Tinder saat berada di Jakarta pada 2015. Awalnya tidak ada niat mencari jodoh, melainkan cuma ingin teman mengobrol dan mencari orang yang punya hobi kulineran seperti dirinya.
"Nothing to lose aja sama aplikasi begituan, karena di rantauan juga teman kurang," kata Vivi saat dihubungi IDN Times via WhatsApp, Jumat (12/2/2021).
Baca Juga: Fenomena Cari Jodoh Melalu Medsos, Ini Penjelasan Psikolog
1. Merasa cocok karena kesamaan hobi
Saat bermain Tinder itulah Vivi melihat profil Alan (33 tahun), yang kini sudah menjadi suaminya. Vivi mengaku langsung merasa cocok karena menurut profilnya, Alan punya hobi yang sama dengannya, yaitu hobi kuliner dan jalan-jalan.
Usai berkenalan di Tinder, mereka lanjut mengobrol lewat aplikasi Line. Singkat cerita, mereka akhirnya bertemu.
"Ternyata ya cocok-cocok saja kita. Dan pastinya doi tidak ghosting," katanya.
Setelah bertemu, mereka rupanya tidak langsung menjalin hubungan asmara melainkan hanya berteman. Karena memiliki hobi yang sama, jadilah Vivi dan Alan selalu jalan-jalan bersama saat akhir pekan untuk berkeliling Jakarta atau Bogor.
"Sekitar dua bulanan kenal baru doi nembak. Eh ternyata doi naksir," kata Vivi.
2. Memutuskan menikah di tahun 2017
Pada pertengahan 2016, Alan tiba-tiba mengajak Vivi untuk melangkah ke jenjang hubungan yang lebih serius, yakni menikah. Kini mereka sudah punya seorang anak.
"Tiba-tiba dia 'ayo tahun depan sebelum lebaran kita menikah'. Ya sudah menikahlah kita April 2017," kata Vivi.
Vivi mengaku banyak orang-orang di sekitarnya yang heran mengapa dia bisa bertemu dengan pasangannya lewat Tinder. Pasalnya saat itu Tinder dikenal dengan citra negatifnya.
"Karena tiap saya cerita ini ke beberapa orang pasti kaget. Karena Tinder kan identik sama hal negatif kaya 'one night stand'. Toh niatnya memamg baik buat cari teman bukan yang aneh-aneh," katanya.
3. Menelusuri latar belakang calon suami sebelum memutuskan untuk menikah
Ada beberapa faktor yang membuat Vivi memutuskan untuk menjalin kasih dengan Alan. Selain merasa cocok karena punya hobi yang sama, juga karena Alan tidak memandang fisik.
"Dulu sebelum ketemu suami berapa kali saya ketemu cowok di Tinder juga tapi saya malas karena baru ketemu saya disuruh kurus, disuruh ke dokter urus jerawat. Kan malas ya. Kalo suamiku betul-betul tidak ribet," kata Vivi lagi.
Selain itu, Vivi juga merasa Alan bukan tipe laki-laki yang penuh dengan drama. Bagi Vivi, Alan adalah tipe orang yang lurus-lurus saja. Vivi juga tidak langsung asal menerima Alan sebagai pacarnya. Dia benar-benar secara total menelusuri latar belakang Alan yang awalnya sama sekali asing.
"Sudah saya telusuri semua latar belakangnya, kayak kampusnya cocokkah, medsosnya dan lainnya. Hamdalah jujur dan lurus. Dan pastinya mapan dan ada kerjanya. Betul-betul saya telusuri sampai kantornya" kata Vivi.
4. Tips untuk orang yang menemukan pasangan dari media sosial
Selain Vivi, tentu masih banyak orang-orang di luar sana yang juga tengah menjalani hubungan dengan orang yang dikenalnya melalui media sosial. Vivi berpesan kepada mereka selalu check and recheck , misalnya dengan mengecek tempat kuliah atau kerja.
"Di Linkedin, tapi paling bagus cek di Dikti. Kalau dia ngaku lulusan ini itu cek saja skripsinya, biasa kan ada di repository kampus," kata Vivi.
Vivi juga berpesan kepada yang menjalin hubungan dengan teman di media sosial supaya jangan cepat baper. Soalnya banyak sekali teman Vivi yang juga gagal karena baper di awal.
"Kalau awal ketemu atau chat sudah membahas arah intim, SKIP! Kalau sudah minta tolong transfer ini itu, pinjam duit, beliin barang, SKIP!," dia melanjutkan.
Jika diminta bertemu pertama kali, Vivi menyarankan supaya bertemu di tempat ramai supaya jika terjadi apa-apa mudah untuk meminta tolong atau kabur. Jika memulai percakapan, sebaiknya hanya membahas hal-hal yang general saja dan jangan terlalu mendalam.
"Sebenarnya mau ketemu orang via apa pun kita harus selalu hat-hati takut ada modus terselubung," katanya.
5. Sosiolog sebut wajar jika orang menemukan jodoh dari media sosial
Menurut pandangan sosiolog Universitas Hasanuddin, Rahmat Muhammad, pertemuan dua orang yang menjalin kasih karena bertemu di media sosial lazim terjadi di saat ini. Kehadiran media sosial tidak dapat dimungkiri telah mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan manusia.
"Ini menjadi fenomena menarik karena di era modern yang memanfaatkan teknologi pun prosesi sakral memasuki lembaga perkawinan juga diambil alih media sosial. Yang idealnya tetap mengacu aturan keagamaan kini terbantu oleh kehadiran medsos untuk menemukan jodoh, dulu tabu sekarang lumrah," katanya.
Dengan begitu, media sosial telah menjadi cara baru dalam membangun hubungan antara manusia satu dengan lainnya, tak terkecuali dalam membangun hubungan asmara.
"Karena relatif dari kedua belah pihak sudah menerima dan tidak persoalkan lagi, ikuti perkembangan zaman," kata Rahmat.
Baca Juga: Menimbang Baik dan Buruknya Bertemu Jodoh di Aplikasi Dating
Sumber : https://sulsel.idntimes.com/news/sulsel/ashrawi-muin/cerita-vivi-yang-bertemu-suami-lewat-tinder
Makassar.Online Kumpulan berita terkini harian Makassar dan Sekitarnya terbaru dan terlengkap dari berbagai sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.
Sosmed Kami