denny siregar: senyum senjata pemusnah massal


Lagi santai nongkrong di smoking room sebuah kafe dalam bandara, tiba-tiba ada orang enggak dikenal datang. Dia langsung nyamperin dan bertanya, "Bang Denny, ya ?" Saya pun menengok ke arahnya. Wajahnya kelihatan geram, menahan sesuatu.

"Iya, ada apa?" Jawabku santai. Dia langsung meluapkan kekesalannya padaku, pada tulisanku, pada twit-twitku, pada videoku. Dianggapnya saya provokator dan selalu membuat keributan. Sudah selesai dia meluapkan kekesalannya, aku senyumin dia.

Ternyata senyum adalah senjata pemusnah massal. Wajahnya langsung berubah, mungkin tidak percaya. Dia kira yang dia akan dapat adalah balasan, ternyata tidak. Ya memang enggak penting juga membalas.

Akhirnya malah ngobrol. Dia pengen tahu sudut pandangku, dan ternyata dia banyak setujunya. Hanya selama ini selalu salah paham, karena hanya melihat sepotong berita. Dan akhirnya, seperti biasa, minta foto bersama. Dia pun pergi karena sudah boarding.

KafeIlustrasi - Kafe di bandara. (Foto: Pixabay/eak_kkk)

Ini mungkin yang ke 20 kalinya saya berada dalam situasi yang sama. Pernah di Riau. Pernah juga di Tokyo di depan imigrasi, dikejar seseorang, diancam-ancam dan akhirannya dia minta foto bareng. Beberapa kali naik mobil online dengan driver yang keras dan kontra.

Ternyata senyum adalah senjata pemusnah massal. Wajahnya langsung berubah, mungkin tidak percaya. Dia kira yang dia akan dapat adalah balasan, ternyata tidak. Ya memang enggak penting juga membalas.

Sungguh, tidak ada sedikitpun rasa takut dengan situasi itu. Karena prinsip yang kupegang, tak kenal maka tak sayang. Kenal dululah, biar paham. Dan akhirnya foto bersama menutup cerita.

Yang komentar di media sosial pasti begitu juga. Kelihatan seram kalau sudah ngomong "penggal" "bunuh" dan lain-lain. Tapi kalau ketemuan, pasti akan berubah drastis.

Mereka itu sebenarnya sayang padaku, cuma memang begitulah cara mengungkapkannya.

Hanya sialnya. Dari semua yang pernah ketemu dan mengancam, tidak ada satupun dari mereka yang berakhir dengan kalimat, "Kopinya biar saya yang bayar, Bang."

Enggak pernah ada. Sudah ngancem-ngancem, tetap aja gua bayar kopi sendiri juga.

Huff.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Baca juga:

Berita terkait



Sumber : https://www.tagar.id/denny-siregar-senyum-senjata-pemusnah-massal

Makassar.Online Kumpulan berita terkini harian Makassar dan Sekitarnya terbaru dan terlengkap dari berbagai sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.