Makassar, IDN Times - Pada 2 Maret 2020 Presiden Joko "Jokowi" Widodo mengumumkan dua kasus pertama pasien positif COVID-19 di Indonesia. Sembilan hari berselang, Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengumumkan bahwa wabah virus corona jenis baru berstatus pandemi. WHO turut meminta pemerintahan di seluruh dunia untuk mempersiapkan segala sesuatu menyangkut upaya penanganan hingga tenaga medis.
Di Sulawesi Selatan, dua kasus positif pertama diumumkan pada hari Kamis 19 Maret, oleh Achmad Yurianto selaku Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19. Pada hari yang sama Gubernur Nurdin Abdullah menyatakan salah satu pasien virus corona di Sulsel telah meninggal sebelum hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan dia positif.
Berikut data terbaru pasien positif, Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan Orang Dalam Resiko (ODR) berdasarkan laporan yang dikumpulkan IDN Times dari laman Sulsel Tanggap COVID-19 dan informasi dari pemerintah daerah di Sulsel.
14 April 2020: Tercatat ada 231 kasus tanpa penambahan jumlah kematian, Pemkot Makassar segera ajukan PSBB pada Kemenkes
Provinsi Sulawesi Selatan mencatat hanya penambahan delapan kasus baru pasien teridentifikasi positif COVID-19. Menurut data resmi pemerintah per Selasa (14/4) pukul 17.10 WITA, terdapat akumulasi 231 kasus positif sejauh ini.
Jumlah kasus kematian masih bergeming di angka 15, di saat pasien sembuh naik menjadi 33 orang. Makassar sendiri masih menjadi daerah dengan penyebaran kasus terbanyak.
Sulsel sempat menempati daftar lima besar provinsi dengan kasus COVID-19 terbanyak di Indonesia. Namun per hari ini jumlah kasus turun di peringkat enam.
Data dari Satgas COVID-19 Sulsel per Selasa (14/4) pukul 18.56 WITA, PDP bertambah menjadi 420 orang, dengan rincian 204 masih dirawat, 194 orang telah diizinkan pulang dan 22 meninggal. Adapun akumulasi jumlah ODP mencapai 2.749 orang, di mana jumlah orang yang selesai jalani pemantauan kini hanya 570.
Di sisi lain, Pemerintah Kota Makassar bersiap memberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk menekan laju penyebaran virus corona (COVID-19). Kota Daeng dianggap telah memenuhi kriteria untuk menerapkan PSBB.
Pejabat Wali Kota Makassar Iqbal Suhaeb dalam keterangan persnya kembali menegaskan keseriusan segera memberlakukan PSBB di Kota Makassar. PSSB dipilih menyusul perkembangan situasi penyebaran virus corona atau COVID-19 yang terjadi di Makassar beberapa hari terakhir ini.
"Hasil kajian epidemiologi yang kami lakukan, Makassar sudah memenuhi kriteria untuk diberlakukan PSBB. Mulai dari tingkat penyebaran, terjadinya local transmission, termasuk perkembangan jumlah pasien COVID-19 yang terus bertambah," kata Iqbal saat memberikan penjelasan kepada sejumlah wartawan di posko induk COVID-19 Makassar, Balai Mutiara Makassar, Selasa (14/4).
Iqbal juga mengatakan bahwa PSBB ini ditempuh setelah mendapatkan masukan dari Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Makassar yang semuanya mendorong agar ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan itu segera memberlakukan PSBB.
"Saat ini dokumennya masih dilakukan penyempurnaan, Insya Allah satu atau dua hari ke depan kita ajukan ke Pemerintah Pusat melalui Pak Gubernur (Nurdin Abdullah)," lanjutnya.
13 April 2020: Tak ada penambahan jumlah kasus positif, Kota Makassar mulai lirik penerapan PSBB
Grafik penambahan angka kasus positif COVID-19 di Sulawesi Selatan dalam rilis data harian milik pemerintah pada Senin (13/4), jumlah kasus positif bergeming di angka 223 orang. Penambahan terjadi pada jumlah pasien yang yang dinyatakan sembuh dari 25 di hari sebelumnya menjadi 31 orang. Jumlah pasien yang meninggal dunia pun turut stagnan yakni 15 orang.
Data dari Satgas COVID-19 Sulsel per Senin (13/4) pukul 19.00 WITA, tercatat ada penambahan jumlah PDP sebanyak 22 orang. Jumlah akumulasi pun mencapai 404 orang, dengan rincian 132 orang telah diizinkan pulang dan 22 meninggal. Adapun jumlah ODP mencapai 2.726 orang, di mana 1.252 di antaranya telah selesai jalani pemantauan.
Sementara itu, Pemerintah Kota Makassar Sulawesi Selatan ternyata mulai membidik kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus corona. Kendati demikian, Penjabat Wali Kota Makassar Iqbal Suhaeb menyebut bahwa diterima atau tidaknya usulan itu nantinya, masih harus menunggu proses afirmasi kembali dari Kementerian Kesehatan.
"PSBB itu yang sesuai dengan aturan (Kemenkes), jadi tetap kita mengusulkan itu. Sambil menunggu persetujuan PSBB tersebut, kita menerapkan isolasi-isolasi parsial, PSBK," kata Iqbal dalam telekonferensi bersama jurnalis, Senin (13/4).
Pembatasan Sosial Berskala Kecil atau PSBK memang telah diterapkan Pemkot Makassar sejak Minggu (13/4) kemarin di Kecamatan Ujung pandang, Tamalate, Panakkukang, dan Rappocini. Namun aturan tersebut tak memiliki kekuatan hukum, bahkan tidak mencakup dalam pedoman kebijakan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 9 tahun 2020 tentang PSBB dalam rangka Percepatan Penanganan COVID-19. Bahkan terbilang tak efektif.
"Artinya kan kalau PSBK memang hanya sekadar, misalnya kalau ada didapat di lapangan kemudian kita suruh pulang, kita bubarkan. Yang tidak pakai masker kita tegur dan sebatas imbauan," ujar Iqbal.
Sementara itu di Kabupaten Gowa, seorang warga negara asing (WNA) asal India yang tinggal sementara di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, terindikasi positif COVID-19. Ini diketahui dari tes cepat yang dilakukan terhadap 24 WNA anggota jemaah tablig, di Markas Dakwah Masjid Jami Al Hidayah, Kecamatan Somba Opu.
Namun, Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan memastikan bahwa pria bernama Muhammad Isla tak termasuk dalam Klaster Gowa. WNA tersebut telah dibawa ke rumah sakit untuk menjalani isolasi.
Di sisi lain, tujuh orang petugas dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Makassar, teridentifikasi positif Covid-19. Kepala KKP Makassar Darmawali Handoko mengatakan, mereka yang positif adalah petugas teknis pemeriksa kesehatan yang bertugas di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.
"Tujuh orang positif berdasarkan hasil pemeriksaan swab," kata Darmawali saat dikonfirmasi.
Kabar lain datang dari, Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas I Makassar. Seorang narapidana status berstatus pasien dalam pengawasan terkait COVID-19 meninggal dunia. Namun hingga dimakamkan, dia tidak sempat menjalani pemeriksaan swab maupun rapid test.
Kepala Rutan Kelas I Makassar Sulistyadi mengatakan, warga binaan berinisial IBH itu meninggal di Rumah Sakit Dadi Makassar pada Sabtu (11/4) Malam. Mendiang disebut punya riwayat mengidap penyakit diabetes melitus.
12 April 2020: Ada 222 kasus positif yang terkonfirmasi, 26 lainnya adalah awak kapal KM Lambelu
Grafik penambahan angka kasus positif COVID-19 di Sulawesi Selatan belum menunjukkan tanda-tanda akan stagnan. Dalam rilis data harian milik pemerintah pada Minggu (12/4) hingga pukul 13.00 WITA, saat ini sudah ada 222 warga di Sulsel yang dinyatakan positif terinfeksi virus corona.
Jika dibandingkan dengan data sehari sebelumnya, terjadi lonjakan signifikan yakni penambahan sebanyak 44 kasus. Namun, tidak ada perubahan untuk jumlah pasien yang yang dinyatakan sembuh. Jumlahnya masih bergeming di angka 25 orang. Hal sama juga terjadi pada jumlah pasien yang meninggal dunia yakni 15 orang.
Sementara itu dalam situs Sulsel Tanggap COVID-19 pada Minggu (12/4) pukul 19.54 WITA, jumlah ODP mencapai 2.672 orang di mana 1.248 di antaranya telah selesai jalani pemantauan. Angka PDP sendiri menanjak ke angka 382. Rinciannya, 236 masih jalani perawatan, 125 telah diizinkan pulang dari rumah sakit, dan 21 telah meninggal dunia.
Kabar lain datang dari Kapal Motor Lambelu yang berada di lepas dermaga Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar. Dari pemeriksaan yang dilakukan, sebanyak 26 orang awak kapal motor yang berlayar dari Maumere, NTT tersebut dinyatakan positif terinfeksi virus corona. Ini disampaikan oleh Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Sulsel, Ichsan Mustari, melalui telekonferensi pada Minggu malam.
"Jumlah pasien positif kita bertambah sebanyak 44 pasien. Jadi jumlahnya dari 178 kasus menjadi 222 kasus. Dari 44 pasien positif baru ini, 18 pasien di Sulsel dan ada 26 positif dari KM Lambelu," kata Ichsan yang juga Kepala Dinas Kesehatan Sulsel.
Dari 141 orang yang ada di atas kapal, baru 42 orang yang telah menjalani pemeriksaan swab dengan hasil 26 orang dinyatakan positif dan 16 orang dinyatakan negatif. Sementara, sisanya sebanyak 99 orang baru jalani tes yang sama pada hari Senin (13/4).
"Besok siang Insya Allah kita akan kembali melakukan swab terhadap awak dan mitra di dalam kapal tersebut sebanyak 99 orang untuk memastikan status mereka di kapal tersebut," kata Ichsan.
11 April 2020: 178 kasus di Sulawesi Selatan, PSBK siap dilaksanakan di empat kecamatan Kota Makassar
Akumulasi jumlah warga Sulawesi Selatan yang dinyatakan positif terinfeksi COVID-19 masih bertambah. Menurut laporan harian pemerintah pusat pada Sabtu (11/4) pukul 17.00 WITA, tercatat akumulasi 178 kasus positif virus corona di Sulsel. Ada penambahan 11 kasus dalam waktu satu hari. Menurut data, sejauh ini ada 15 pasien yang meninggal, sedangkan 25 orang dinyatakan sembuh.
Sementara dari laporan Pemerintah Provinsi Sulsel pukul 20.47 WITA, sudah ada 383 pasien dalam pengawasan (PDP), dengan 22 orang di antaranya meninggal. Selain itu masih ada 1.402 orang dalam pemantauan (ODP).
Mengingat status Kota Makassar sebagai episentrum penyebaran virus corona, Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah memastikan langkah pembatasan sosial segera diambil. Namun alih-alih pembatasan sosial berskala besar (PSBB) seperti yang telah dilakukan di DKI Jakarta, konsep pembatasan sosial berskala kecil (PSBK) dipilih.
"Jadi ini intervensi tingkat tinggi yang akan dilakukan. Tema kita ini tidak lagi menyarankan, mengimbau, tapi kita sudah harus intervensi tingkat tinggi. PSBK ini yang mau kita lalukan," kata Nurdin usai memimpin rapat Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Sulsel di Makassar, Sabtu (11/4).
Sementara itu Penjabat Wali Kota Makassar Iqbal Suhaeb menyebutkan, bahwa PSBK untuk sementara akan diterapkan pada sebagian wilayah Kota Daeng. Sejauh ini ada empat dari 15 kecamatan yang jadi prioritas, dengan pertimbangan tingginya penyebaran virus corona di wilayah tersebut.
"Antara lain, di Kecamatan Ujung Pandang, Rappocini, Tamalate, termasuk Panakkukang. Di wilayah-wilayah inilah yang nantinya akan diterapkan secara ketat PSBK," ucal Iqbal di Makassar, Sabtu (11/4). Iqbal mengungkapkan, penerapan PSBK telah melalui pertimbangan matang. Kebijakan itu dipikirkan setelah mempelajari data kasus dan analisis.
"Keputusan-keputusan yang diambil itu bukan sifatnya yang sporadis, bukan sifatnya yang tiba-tiba saja. Tapi harus berdasarkan survei, berdasarkan data-data yang ada. Memang hasil analisis yang dipresentasikan," ujar Iqbal.
Pemerintah Kota Makassar pun telah menyiapkan shelter atau lokasi penampungan khusus terkait COVID-19. Penampungan ini tak hanya menjadi tempat isolasi bagi orang tanpa gejala (OTG) maupun dalam kategori orang dalam pemantauan (ODP), bahkan juga pasien dalam pengawasan (PDP). Lokasi pun telah ditetapkan, yakni Gedung Balai Diklat BPSDM milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan di Kecamatan Mamajang.
"Misalnya dia (pasien) sudah ODP atau PDP dalam tingkat satu, dengan tidak ada penyakit-penyakit komplikasi yang berat, makanya disiapkan shelter isolasi khusus itu di balai diklat provinsi," lanjut Iqbal.
10 April 2020: Ada 167 kasus positif corona di Sulsel, Pemprov gamang terapkan PSBB
Jumlah pasien positif virus corona atau COVID-19 di Sulawesi Selatan (Sulsel) terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada Jumat (10/4) pukul 17.00 WITA, jumlah tersebut telah mencapai 167 kasus, dengan penambahan sebanyak 29 kasus baru.
Dalam versi pemerintah pusat tersebut, jumlah pasien yang dinyatakan sembuh sebanyak 24 orang sedangkan kasus meninggal sebanyak 11 orang. Sementara dalam situs resmi Sulsel Tanggap COVID-19 milik Pemprov Sulsel pukul 21.12 WITA, ada sebanyak 168 kasus dengan rincian 131 kasus aktif, 23 sembuh dan 13 meninggal dunia.
Dengan jumlah kasus yang telah menginjak angka 167, Sulsel menjadi provinsi dengan kasus kelima terbanyak secara nasional menggeser Jawa Tengah. Di urutan pertama ada DKI Jakarta dengan jumlah 1.753 kasus, Jawa Barat (388 kasus), Jawa Timur (256 kasus) dan Banten (243 kasus).
Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah mengakui, bahwa kasus COVID-19 di daerahnya memang belum mampu ditekan. Ini dikatakannya dalam rapat bersama Forkopimda Provinsi Sulsel di Makassar, Kamis (9/4) kemarin.
"Pandemi belum mampu kita tekan, bahkan sudah di luar dari prediksi kita. Di Makassar saja yang sebelumnya cuman empat kecamatan, sekarang sudah menyebar kemana-mana," ujarnya.
Nurdin menyatakan bahwa Pemerintah Provinsi Sulsel terus berupaya menekan laju penyebaran COVID-19. Salah satunya dengan lebih intensif melakukan sosialisasi dan mengimbau masyarakat untuk senantiasa menjaga jarak dan berdiam diri di rumah.
Lebih lanjut, Nurdin menyatakan bahwa fokus pihaknya juga tertuju pada penyediaan anggaran jaring pengaman sosial bagi warga yang ekonominya terdampak wabah COVID-19. Bantuan akan mendukung upaya pencegahan, sebab masyarakat bisa berdiam diri tanpa rasa khawatir atas nasib dan keberlangsungan hidup keluarga.
"Jaring pengaman sosial, terutama untuk saudara-saudara kita yang bekerja dalam sektor informal. Ini yang harus kita pikirkan," ungkap Nurdin.
9 April 2020: Kasus positif COVID-19 naik ke 138 orang, bimbangnya memilih antara PSBB dan PSBK
Jumlah kasus positif virus corona atau COVID-19 di Sulawesi Selatan (Sulsel) kembali mengalami peningkatan. Hingga hari Kamis (9/4) pukul 13.00 WITA, ada 138 kasus positif dalam data milik pemerintah pusat. Artinya, ada penambahan 10 kasus dari jumlah di hari sebelumnya yakni 128. Rinciannya, 8 orang telah meninggal dunia dan 23 orang dinyatakan sembuh.
Sementara itu dalam data Satgas COVID-19 Sulsel pada Kamis (9/4) pukul 18.47 WITA, angka ODP mencapai 2.511 orang, di mana 933 diantaranya telah selesai jalani pemantauan. Adapun PDP menanjak ke angka 329 orang. Rinciannya, 233 masih jalani perawatan, 80 dinyatakan sehat dan 16 lainnya telah meninggal dunia.
Angka kematian terkait coronavirus, menurut data Pemprov Sulsel, telah mencapai 29 orang. Ada 13 pasien positif, dan 16 dari warga berstatus ODP.
Saat angka kasus positif belum menunjukkan tanda-tanda bakal stagnan, Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Nurdin Abdullah malah belum mau mengusulkan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Menurutnya, mengajukan daerah untuk menerapkan PSBB bukanlah suatu perkara mudah. Sebab banyak hal yang menjadi persyaratan. Itu disampaikan Nurdin usai melakukan rapat bersama Forkopimda di Hotel Four Points by Sheraton Makassar, Kamis (9/4).
"Kita telah melakukan evaluasi kondisi Sulsel terakhir. Tentu beberapa hal yang lagi kita kaji apakah sudah memenuhi syarat untuk kita ajukan sebagai PSBB. Saya kira tidak mudah kita langsung usulkan. Banyak hal yang menjadi persyaratan," ucap Nurdin.
Untuk saat ini, Pemprov Sulsel hanya akan menerapkan program jaring pengaman sosial yang merasakan imbas dari pandemik COVID-19. Selain itu, masyarakat Sulsel disebutnya beranggapan bahwa masa isolasi dua minggu yang telah dilewati berarti pandemik telah selesai. Kendati demikian, PSBB tetap dikantongi sebagai opsi terakhir.
Di sisi lain, status Kota Makassar sebagai zona merah penyebaran membuat Pemerintah Kota Makassar membidik sistem pembatasan sosial berskala kecil (PSBK) untuk memutus mata rantai penyebaran. Hal tersebut diungkapkan Penjabat Wali Kota Makassar Iqbal Suhaeb.
Pertimbangan ekonomi jadi alasan kuat pengkajian opsi PSBK, terlebih sistem ekonomi kerakyatan jadi penyangga paling penting masyarakat yang hidup di kawasan padat penduduk. Untuk saat ini, sudah ada tiga wilayah yang menjadi prioritas yakni Kecamatan Panakkukang, Makassar dan Rappocini.
"Bukan PSBB, baru PSBK atau parsial. Jadi belum ada keputusan untuk bicara Kota Makassar hanya tingkat kelurahan dan tingkat kecamatan tadi yang kita bicarakan, ungkap Iqbal dalam telekonferensi pada Rabu (8/4) malam.
8 April 2020: Angka positif berada di 122, langkah Pemprov Sulsel dapat sorotan dari lembaga legislatif
Pada hari Rabu (8/4), jumlah kasus positif COVID-19 di Sulawesi Selatan mencapai 128. Ada penambahan 6 kasus dari yang sebelumnya 122. Kota Makassar pun jadi episentrum penularan lantaran memiliki kasus positif terbanyak di Sulsel.
Sedangkan, jumlah orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) terus bertambah. Jumlah ODP mencapai 2.340 kasus di mana ada 1.496 orang dalam proses pemantauan dan 934 orang selesai pemantauan. PDP kumulatif mencapai 324 kasus dengan rincian 233 orang dirawat, 78 orang dinyatakan sehat, dan 13 orang meninggal dunia.
Kondisi tersebut membuat anggota legislatif angkat bicara. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Selatan Muzayyin Arif meminta Pemprov Sulawesi Selatan lebih serius menangani pandemi virus corona.
"Setiap hari warga kita yang terinfeksi COVID-19 terus bertambah. Jika tidak ada pengendalian serius, maka diprediksi jumlah yang terinfeksi akan terus bertambah," kata Muzayyin dalam pernyataannya yang diterima IDN Times.
Tak sampai di situ, sorotan pun dilayangkan kepada infrastruktur kesehatan Sulsel mulai dari jumlah tenaga medis hingga ketersediaan APD. Muzayyin pun menyarankan Pemprov untuk memperketat pemeriksaan di bandara dan pelabuhan sebagai pintu masuk ke Sulawesi Selatan.
Kekhawatiran ini sejalan dengan hasil pemodelan untuk melihat potensi penyebaran COVID-19 di Sulawesi Selatan oleh Universitas Hasanuddin. Hasilnya menyebutkan bahwa tanpa intervensi tegas oleh pemerintah, jumlah kasus terinfeksi virus corona diprediksi bisa mencapai total 143.390 orang.
Melibatkan sejumlah ilmuwan dari Tim Departemen Matematik FMIPA Unhas, Tim Departemen Epidemologi Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan Tim Departemen Statistika, mereka mengambil kesimpulan bahwa puncak pandemi di Sulsel terjadi pada akhir Mei.
Jika dibiarkan tanpa intervensi, diperkirakan akan ada 28.678 pasien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit, dengan 5.736 diantaranya perlu perawatan intensif.
Baca Juga: Dinkes Sulsel Tracing Riwayat Kontak 2 Pasien Positif Corona
7 April 2020: Kasus positif tembus angka 127, Pemprov Sulsel enggan lakukan PSBB
Dalam pembaruan data resmi pemerintah per hari Selasa (7/4) pukul 16.45 WITA, kasus orang terkonfirmasi positif COVID-19 di Sulawesi Selatan kembali menanjak kendati tak signifikan ketimbang hari sebelumnya.
Tercatat ada 127 kasus terakumulasi di Sulsel, atau bertambah 14 orang. Total pasien meninggal masih bergeming di angka 6, sedangkan jumlah pasien yang dinyatakan sembuh naik menjadi 21 orang.
Jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) serta orang dalam pemantauan (ODP) juga masih bertambah. Data Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan pada Selasa (7/4) pukul 18.38 WITA menunjukkan ada 306 PDP, 11 di antaranya meninggal, dan 33 lainnya telah sembuh. Sedangkan ODP menjadi 2.399 orang, di mana sebanyak 669 orang selesai jalani pemantauan.
Sementara itu dalam data Pemprov Sulsel mencatat kasus kematian terkait COVID-19 naik menjadi 22 kasus. Masing-masing sebelas orang dari pasien yang dikonfirmasi positif dan warga berstatus pasien dalam pengawasan (PDP).
Di sisi lain, Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Nurdin Abdullah belum berencana menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dalam menghadapi pandemi virus corona (COVID-19). Menurutnya, PSBB harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.
Untuk Sulawesi Selatan, Nurdin menyebut penerapan menjaga jarak seperti social distancing maupun physical distancing sudah dilakukan dengan memindahkan kegiatan sekolah dan pekerjaan ke rumah.
"Kita harus lebih hati-hati memberlakukan di Sulsel. Karena tidak semua wilayah itu sama. Dari 24 kabupaten/kota, episentrum penyebaran kan mulai di Makassar. Terus daerah penyangga kita adalah Gowa, Maros," kata Nurdin Abdullah saat melakukan telekonferensi bersama awak media, Selasa (7/4).
Sementara itu, Dinas Kesehatan Sulsel Ichsan Mustari mengatakan, salah satu keengganan Pemprov Sulsel menerapkan PSBB adalah tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya virus corona yang dinilai masih rendah.
"Bagaimana kita mendorong masyarakat untuk patuh dan disiplin itu yang terpenting. Kalau kita lihat jumlah local transmission ini masih ada masyarakat yang tidak patuh teruatama di Makassar. Itu menjadi salah satu indikator," ungkapnya.
Juga pada hari Selasa (7/4), Ichsan dinyatakan telah sembuh dari COVID-19 yang sempat menderanya sejak 27 Maret.
6 April 2020: Tercatat 113 kasus, penyebaran lewat Orang Tanpa Gejala (OTG) mulai diselidiki
Kasus orang terkonfirmasi positif COVID-19 di Sulawesi Selatan kembali bertambah. Menurut pembaruan data resmi pemerintah per hari Senin (6/4) pukul 16.40 WITA, tercatat ada 113 kasus terakumulasi di Sulsel.
Jumlah kasus positif terinfeksi virus corona di Sulsel bertambah 30 orang dalam satu hari terakhir. Total ada 6 pasien meninggal, sedangkan 19 lainnya dinyatakan sembuh. Grafik yang masih menanjak juga membuat Sulsel jadi provinsi dengan jumlah kasus terbanyak keenam se-Indonesia.
Ini juga terjadi seiring bertambahnya pasien dalam pengawasan (PDP) serta orang dalam pemantauan (ODP). Data Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan pada Senin (6/4) pukul 18.06 WITA menunjukkan ada 282 PDP, 11 di antaranya meninggal, dan 21 orang sembuh. Sedangkan ODP berjumlah 2.308 orang, di mana 663 orang telah selesai jalani pemantauan.
Sementara itu dalam data Pemprov Sulsel mencatat bahwa ada 20 kasus kematian terkait COVID-19. Sembilan di antaranya merupakan pasien yang dikonfirmasi positif, sedangkan 11 lainnya berstatus pasien dalam pengawasan (PDP).
Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, dr Ichsan Mustari mengatakan, dari jumlah itu tidak ada pasien yang murni meninggal karena infeksi COVID-19. Semuanya memiliki riwayat penyakit lain.
"Semua pasien yang meninggal di Sulawesi selatan tidak murni terjangkit COVID-19. Mereka punya penyakit-penyakit berat lainnya, itu yang disebut komorbid," ungkap Ichsan dalam sesi telekonferensi di Makassar, Minggu (5/4) malam.
Ichsan menyebut, pasien positif COVID-19 yang meninggal di Sulsel rata-rata dirawat dengan penyakit penyerta. Beberapa di antaranya punya penyakit jantung, hipertensi, maupun diabetes melitus. Fakta tersebut diperoleh dari riwayat medis pasien.
Tak hanya di Sulsel, kondisi serupa juga umumnya terjadi di daerah lain. Sejauh ini, dia mengaku belum ada data maupun jurnal yang menyatakan bahwa pasien meninggal murni karena COVID-19.
Sementara itu, pihak Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Sulsel mulai memantau sejumlah warga yang dicurigai orang tanpa gejala (OTG). Sebab dikhawatirkan bisa menularkan virus corona kepada orang lain.
Ichsan menjelaskan di beberapa tempat yang sedang diselidiki, memang ada beberapa orang yang positif COVID-19 namun tidak menunjukkan adanya gejala. Karena itu mereka diminta untuk melakukan isolasi di rumah selama 14 hari. Selain itu, ada pula yang masuk dalam ODP.
"Selama isolasi rumah 14 hari, kalau seandainya ada gejala yang muncul, maka secepatnya ke fasilitas kesehatan terdekat. Ada beberapa memang yang menimbulkan gejala sehingga dia masih ODP. Itu pun juga masih dipantau," jelasnya pada hari Senin (6/4).
5 April 2020: Angka pasien positif corona yang telah sembuh lebih tinggi dari jumlah pasien meninggal
Data terbaru dalam situs resmi Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Pusat per hari Minggu (5/4) pukul 16.40 WITA, angka kumulatif pasien positif virus corona di Sulsel naik menjadi 83 orang. Rinciannya yakni telah ada sembilan pasien dinyatakan sembuh, sementara lima orang telah meninggal.
Dengan ini, tak ada perubahan data di tingkat nasional untuk jumlah pasien sembuh atau yang telah meninggal dunia. Angkanya masih sama dengan data pada Sabtu (4/4) kemarin.
Sementara pada situs Satgas COVID-19 Sulsel yang diakses pada pukul 17.10 WITA, angka kumulatif positif corona sebanyak 82 kasus. Untuk pasien yang meninggal saat ini mencapai 7 orang. Meski demikian, ada juga penambahan untuk pasien yang sembuh sehingga pasien sembuh kini berjumlah 19 orang. Artinya, jumlah pasien yang sembuh kini lebih banyak daripada pasien meninggal.
"Dari positif ini, kami mendapatkan update dari beberapa rumah sakit ada penambahan 10 orang yang sembuh sehingga total yang sembuh adalah 19 orang," kata Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Ichsan Mustari, melalui telekonferensi, Minggu.
Dari semua pasien sembuh tersebut, 17 orang di antaranya adalah warga Kota Makassar. Sedangkan 2 lainnya masing-masing adalah warga Kabupaten Sidrap dan Kabupaten Pinrang. Saat ini semua pasien sembuh telah dipulangkan.
"Sekarang mereka sudah dipulangkan tapi dianjurkan oleh dokternya agar mengisolasi diri di rumah tapi dia sudah negatif," lanjut Icshan.
Ichsan berharap, angka kesembuhan pasien positif coronavirus di Sulsel ini akan terus bertambah dari hari ke hari.
Kendati demikian, peningkatan signifikan masih berlanjut pada daftar orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP). Jumlah ODP sudah mencapai 2.166 orang dengan rincian 1.653 orang dalam proses pemantauan dan 513 orang telah selesau pemantauan.
Untuk jumlah PDP yakni 263 orang. Rinciannya yakni 231 orang masih jalani perawatan di ruang isolasi, 13 orang telah dinyatakan sehat dan 13 orang meninggal. Menurut Ichsan, tren menanjak ODP dan PDP bukanlah alasan untuk panik.
"Jumlah ODP kita semakin bertambah, begitu juga dengan PDP. Tapi sekali lagi, itu tidak menunjukkan angka yang membuat kita panik. Itu lebih daripada bagaimana pekerjaan teman-teman tim gerak cepat melakukan tracing contact dan memantau mereka," ungkap Ichsan.
4 April 2020: Belum ada peningkatan angka pasien positif, namun kabar duka datang dari tim medis
Tak ada penambahan kasus terkonfirmasi positif di Sulawesi Selatan per Sabtu (4/4) pukul 23.16 WITA. Dalam data yang ditampilkan laman Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Sulawesi Selatan, jumlah kasus di Sulsel tetap 82 orang. Rinciannya yakni 6 orang telah meninggal dunia, pasien sembuh naik menjadi 8 orang serta 65 lainnya berada dalam perawatan intensif.
Angka ODP dan PDP masih naik signifikan. Ada 2.019 orang yang berstatus ODP, di mana 1.943 di antaranya masih jalani pemantauan. Untuk PDP sendiri berada di angka 235, dengan 206 masih jalani perawatan.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Sulsel dr Ichsan Mustari telah memperkirakan bahwa jumlah warga yang positif terinfeksi coronavirus akan terus menanjak.
Ichsan mengatakan, penyebaran virus corona tergantung kepadatan penduduk. Di Sulsel terdapat 7 juta penduduk, sehingga terdapat banyak kontak yang memungkinkan kasus COVID-19 naik.
"Itu karena social distancing masih belum ada, budaya yang melibatkan banyak orang masih dijalankan," kata Ichsan, dikutip dari laman kantor berita Antara pada telekoferensi pada Jumat (3/4) malam.
Sementara itu, kabar duka datang dari tenaga medis yang bekerja di garis depan pelayanan kesehatan. Seorang dokter yang bertugas di salah satu rumah sakit rujukan pasien COVID-19 di Kota Makassar, Sulawesi Selatan meninggal dunia pada Sabtu (4/4) dini hari.
Dia adalah dr Bernadette Albertine Francisca, T,Sp. THT-KL. Kabar ini disampaikan langsung oleh pihak Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Makassar.
"Yang bersangkutan dokter di Rumah Sakit Awal Bros, tapi meninggal dunia di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar," ungkap Ketua IDI Makassar Siswanto Wahab kepada jurnalis saat dikonfirmasi, Sabtu (4/4).
Sang dokter meninggal sekitar pukul 1.00 WITA. Sebelumnya, pada Jumat (3/4) petang, dia dirujuk ke RS Wahidin Sudirohusodo dari RS Awal Bros, tempatnya bekerja.
3 April 2020: Angka positif mencapai 80 warga Sulsel, Dinkes Sulsel bantah keberadaan klaster Ijtima Gowa
Laporan resmi pemerintah per Jumat (3/4) pukul 20.57 WITA menunjukkan ada penambahan 16 kasus baru pasien positif COVID-19 di Sulawesi Selatan. Dengan demikian, sejauh ini secara akumulasi sudah ada 80 kasus positif di Sulsel. Rinciannya 4 pasien telah dinyatakan sembuh, 6 pasien meninggal dunia dan 70 lainnya masih jalani perawatan intensif.
Lebih jauh, ada 150 warga berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) serta 1.952 orang yang menjalani proses pemantauan alias menjadi ODP.
Pada hari yang sama, Gubernur Nurdin Abdullah kembali meminta warga yang berada di perantauan untuk tidak mudik di tengah merebaknya pandemi virus corona (COVID-19). Jika masih nekat mudik, para pemudik harus bersedia menjalani isolasi selama 14 hari.
"Masuk Sulsel, kita isolasi 14 hari, siapa pun dia karena ini harus kita jaga. Jadi apa pun upaya kita kalau tidak sama-sama disiplin susah. Makanya saya mengimbau, kita tidak melarang mudik tetapi kalau bisa kita tunda dulu," ujar Nurdin.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan Ichsan Mustari membantah adanya pasien positif terjangkit virus corona yang berasal dari pertemuan Ijtima Dunia Zona Asia di Kabupaten Gowa beberapa waktu lalu.
Ia berasumsi, kemungkinan pasien positif COVID-19 di daerah lain yang dikategorikan dalam klaster ijtima Gowa, terinfeksi saat mereka dalam perjalanan pulang ke daerahnya masing-masing.
"Kemungkinan dia dapat virus corona itu waktu di tempatnya (daerah asal). Memang dia pernah ikut ijtima tapi mungkin mendapatkan COVID-nya itu waktu dia sudah pindah ke tempatnya. Karena sampai saat ini pun juga di Sulsel kami belum dapat klaster ijtima itu," ujar Ichsan saat melakukan telekonferensi pada Jumat malam.
2 April 2020: Tak ada penambahan kasus positif, Pemprov Sulsel utarakan rencana pemeriksaan ketat para pendatang
Data Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Sulsel per hari Kamis (2/4) pukul 19.08 WITA, tak ada penambahan jumlah kasus positif. Angka masih bergeming di 66. Rinciannya, 56 masih jalani perawatan intensif, 4 orang sudah dinyatakan sembuh, dan 6 lainnya telah meninggal.
Jumlah ODP pun masih menanjak yakni ke angka 1.305 orang, di mana 101 di antaranya sudah selesai jalani pemantauan. Sementara untuk PDP, angkanya terakumulasi menjadi 123 orang. Ada 107 masih dirawat, 12 lainnya telah dibolehkan pulang, dan sebanyak 4 orang telah meninggal dalam perawatan.
Sementara itu, Pemprov Sulsel akan memeriksa secara ketat setiap pendatang baik di bandara maupun pelabuhan. Ini dilakukan demi mencegah penularan virus corona lebih meluas. Pemeriksaan dibagi menjadi dua zona, sesuai tingkat penyebaran COVID-19 di daerah asal.
Sebanyak 65 persen dari 66 kasus positif merupakan penularan dari luar daerah maupun luar negeri, yakni imported case. Sedangkan sisanya adalah local transmission atau penularan antar warga lokal.
"Untuk masalah penutupan dan tidak, itu adalah bagian dari pemerintah daerah. Untuk kami sebagai tim akan membagi dua zona kedatangan, yaitu zona merah dan zona hijau atau kuning," kata Anggota Gugus Tugas, Kolonel Ckm dr Soni Endro Cahyo Wicaksono, yang juga Kepala Kesehatan Kodam XIV/Hasanuddin, pada hari Kamis (2/4).
Sementara itu, Pj Wali Kota Makassar Iqbal Suhaeb menyatakan bahwa Pemerintah Kota Makassar sepakat akan menggelar penyemprotan disinfektan di seluruh wilayah ibu kota Sulawesi Selatan pada hari Sabtu (4/4) mendatang.
"Salah satu langkah taktis yang akan kita lakukan yakni bersama-sama seluruh elemen masyarakat untuk turun di seluruh wilayah di Kota Makassar melakukan penyemprotan secara massal di waktu bersamaan." ujar Iqbal dalam rilis pers yang diterima IDN Times.
"Ini adalah gerakan solidaritas memutus mata rantai penyebaran virus berbahaya ini. Seluruh kebutuhan sudah kita persiapkan, baik itu alat semprot, disinfektan, termasuk relawan yang akan melakukan penyemprotan di lapangan," lanjutnya.
1 April 2020: Tiga pasien positif dikonfirmasi telah dinyatakan sembuh
Data Satgas Penanganan COVID-19 pusat menunjukkan per hari Rabu (1/4) pukul 18.47 WITA, sudah ada 66 kasus di Sulsel. Namun begitu, data tersebut berbeda dengan angka di situs resmi milik Satgas COVID-19 Sulsel yang mencantumkan 65 kasus positif saat diakses pada pukul 23.30 WITA.
Jumlahnya bertambah 16 orang hanya dalam sehari. Otoritas daerah mengonfirmasi ada 60 kasus aktif dan 5 lainnya sudah meninggal. Kasus di Sulsel jadi yang terbanyak keenam di Indonesia setelah di DKI Jakarta, disusul Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
"Gambaran ini masih memberi bukti kepada kita bahwa penularan di luar masih terjadi. Kontak dekat masih diabaikan. Dan kemudian cuci tangan belum dijalankan dengan baik," kata juru bicara pemerintah khusus penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, dalam konferensi pers yang disiarkan langsung dari Jakarta, pada Rabu (1/4) petang.
Sementara itu, peningkatan signifikan terjadi di jumlah ODP yakni bertambah jadi 1.072 orang, bertambah 381 orang dalam waktu sehari. Namun baru 96 orang yang telah selesai jalani pemantauan. Sementara itu, tercatat ada 110 warga berstatus PDP. Dengan rincian 99 masih jalani perawatan intensif, 8 sudah diizinkan pulang dan 3 lainnya telah meninggal.
Di sisi lain, kabar baik akhirnya datang juga. Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah mengonfirmasi bahwa sudah ada tiga pasien yang sebelumnya positif virus corona atau COVID-19, kini telah sembuh. Selain itu, lima warga berstatus PDP juga sudah diizinkan pulang. Namun datanya belum kelihatan di pusat data pemerintah pusat.
"Sudah ada delapan yang sembuh. Lima PDP dan tiga yang positif. Jadi tim dokter, tim medis, semua sudah bekerja secara maksimal," ungkap Nurdin Abdullah di Posko Siaga COVID-19 pada hari Rabu (1/4), dalam keterangan pers yang diterima IDN Times.
Hal sama juga dikonfirmasi oleh pihak RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar, salah satu rumah sakit rujukan pasien yang terkait wabah COVID-19 di Makassar.
Kepala Sub Bagian Humas dan Pemasaran RSUP Wahidin Sudirohusodo Dewi Rizki Nurmala membenarkan hal tersebut. Dia mengatakan bahwa pasien yang sudah dirawat sejak 14 Maret tersebut telah menjalani hasil pemeriksaan swab dua kali berturut-turut dengan hasil yang negatif.
"Kalau pemeriksaan lab-nya itu kan diambil dari dua hari lalu. Jadi seharusnya seandainya keluar pada saat itu maka pada saat itu dinyatakan sembuh tetapi karena baru kemarin hasilnya didapat, ya kemarin," ungkap Dewi.
31 Maret 2020: Jumlah pasien positif bergeming di angka 50, dan Pemprov Sulsel pastikan tak ada lockdown
Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Sulawesi Selatan (Sulsel) per Selasa (31/3) pukul 17.33 WITA, jumlah kasus positif bergeming di angka 50. Rinciannya, 45 sedang jalani perawatan intensif dan 5 lainnya sudah meninggal. Kabar baik datang dari 5 pasien positif di RS Stella Maris Makassar yang kondisinya dilaporkan kian membaik.
Kendati demikian, kelimanya masih harus kembali menjalani isolasi minimal 14 hari. Jika hasil pemeriksaan swab mereka negatif, mereka baru dinyatakan telah sembuh.
Sementara itu tercatat ada 691 ODP, meningkat 7 orang dibanding jumlah sehari sebelumnya. Dari jumlah itu, 596 orang dalam proses pemantauan dan 95 orang telah selesai pemantauan. Angka PDP pun naik ke 105 orang, dengan 8 orang yang telah dinyatakan sehat dan 5 telah meninggal dunia.
Di hari yang sama, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemprov Sulsel) memastikan bakal melakukan realokasi APBD 2020 untuk penanganan virus corona atau COVID-19.
"APBD 2020 harus difokuskan untuk penanganan COVID-19 dari belanja non prioritas," ujar Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah dalam keterangan persnya yang diterima oleh IDN Times.
Anggaran tersebut, menurut Nurdin, bakal digunakan untuk tunjangan tim medis, penyediaan Alat Pelindung Diri (APD), dan peningkatan fasilitas medis di setiap rumah sakit serta pengamanan sosial.
Menyoal lockdown atau penguncian wilayah, Pemprov Sulsel menyatakan opsi tersebut sama sekali tak masuk dalam rencana. Wakil Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman menegaskan bahwa Pemprov hanya akan menerapkan metode isolasi terbatas.
Isolasi hanya diperuntukkan bagi wilayah atau titik-titik yang ditemukan ada kasus positif COVID-19 atau pasien dalam pengawasan (PDP).
"Bukan lockdown, tapi isolasi-isolasi tingkatan kelurahan (desa) atau perumahan yang diindikasi terdampak, untuk memastikan tidak ada penyebaran lebih luas," ungkap Andi Sudirman sesi melalui telekonferensi.
30 Maret 2020: Angka positif jadi 50 orang, Pemkab Gowa dan Pemkot Makassar siapkan rencana penanganan
Data Satgas COVID-19 Sulsel pada hari Senin (30/3) pukul 17.05 WITA masih menunjukkan grafik peningkatan kasus positif coronavirus. Jumlahnya kini menjadi 50 orang, hanya bertambah 3 kasus dibanding hari sebelumnya. Rinciannya, 46 orang dalam perawatan intensif sementara 4 sudah meninggal dunia.
Angka ODP kembali membengkak menjadi 620 orang, 37 diantaranya sudah menjalani proses pemantauan. Hal sama juga terjadi pada jumlah warga berstatus PDP yakni 105 orang. Tak ada perubahan jumlah warga yang sudah diizinkan pulang atau meninggal, namun PDP yang masih dirawat oleh beberapa rumah sakit rujukan adalah 96 orang.
Sementara itu, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Sulawesi Selatan berencana menyiapkan tempat pemakaman khusus bagi pasien terjangkit COVID-19 yang meninggal dunia.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Sulsel, Mayjen TNI Andi Sumangerukka menyebutkan, pihaknya telah meminta kepada pemerintah daerah untuk menyiapkan lokasi lahan pemakaman tersebut.
"Ke depan, sudah ada kebijakan dari Pak Gubernur. Nanti akan disiapkan daerah Sudiang untuk pemakaman yang terindikasi sebagai COVID-19. Di situ nanti akan kita mobilisasi untuk memperketat daerah itu agar siap menerima jenazah atau pemakaman yang akan dilakukan," kata Sumangerukka pada hari Senin.
Dari Kabupaten Gowa, Pemkab setempat menyiapkan anggaran sebesar Rp500 juta untuk penanganan dan penanggulangan COVID-19. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD) Kabupaten Gowa, Abdul Karim Dania mengatakan, anggaran disiapkan dari dana tidak terduga.
Selain itu, Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan memastikan tidak ada pejabat Pemkab yang melakukan perjalanan dinas dalam satu hingga dua bulan ke depan. Anggarannya bakal dialihkan untuk penanganan COVID-19. Demikian pula dengan rapat-rapat dan kegiatan yang melibatkan banyak orang, bakal ditunda.
"Seperti musyawarah perencanaan pembangunan ini tentu ada uang makan minum rapat, uang sewa gedung. Tetapi nanti akan dilakukan melalui teleconference sehingga tidak ada biaya sewa gedung, tidak ada uang makan dan rapat. Inilah anggarannya yang dialihkan untuk penanganan COVID-19," kata Bupati Adnan dalam keterangan pers yang diterima IDN Times.
Adapun Pemkot Makassar menerbitkan Surat Edaran tertanggal 27 Maret 2020, mengenai antisipasi dan pencegahan penyebaran COVID-19. SE dengan nomor surat 443.01/123/S.Edar/Dishub/III/2020 menerangkan bahwa untuk sementara waktu sampai batas yang belum ditentukan, masyarakat tidak keluar masuk dari dan ke pulau dalam wilayah Kota Makassar.
29 Maret 2020: Kasus positif membengkak ke angka 47, kabar duka dari klaster Gowa dan Makassar
Juru Bicara Penanganan Virus Corona atau COVID-19 di Indonesia, Achmad Yurianto, pada Minggu (29/3) sore menyebut pasien positif coronavirus di Sulsel secara kumulatif menjadi bertambah menjadi 47 orang. Setelah dua hari tanpa lonjakan signifikan, terjadi 14 penambahan kasus dibanding hari sebelumnya. Rinciannya adalah 44 orang masih jalani perawatan intensif, 4 orang meninggal dan belum ada yang dinyatakan sembuh.
Sedangkan menurut data milik Satgas COVID-19 Sulsel pada Minggu pukul 19.36 WITA, angka ODP membengkak ke angka 496 orang. Rinciannya, 37 orang telah selesai dipantau dan 459 lainnya masih dalam proses pemantauan. Hal serupa juga terjadi pada jumlah PDP, jumlahnya naik ke 92 orang. Warga berstatus PDP yang masih dirawat ada 83 orang, 8 dinyatakan sehat, dan satu orang telah meninggal.
Kabar terbaru perihal klaster Gowa datang dari Balikpapan, Kalimantan Timur. Satu orang pasien yang dinyatakan positif terinfeksi virus corona di Kota Minyak meninggal dunia. Kabar tersebut disampaikan langsung oleh Wali Kota Balikpapan, Rizal Effendi.
Pasien, yang pulang dari sebuah acara keagamaan di Gowa beberapa waktu silam, sempat diisolasi di RSUD Dr Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan sejak 20 Maret 2020, sebelum meninggal pada Minggu (29/3) sekitar pukul 12.00 WITA. Rizal menuturkan pasien tersebut dimakamkan di Balikpapan.
Kabar duka juga datang dari Makassar. Seorang PDP yang sempat dirawat di ruang isolasi RSUP dr Wahidin Sudirohusodo, meninggal dunia pada Minggu (29/3) dinihari pukul 02.50 WITA. Mendiang adalah seorang laki-laki berusia 52 tahun penduduk Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa.
Camat Somba Opu, Agussalim, menyampaikan bahwa jenazah pasien tersebut telah dimakamkan di Pekuburan Sudiang Makassar pada Minggu pagi. Ternyata, rencana mendiang dimakamkan di Pemakaman Umum Baki Nipa Nipa Antang Kota Makassar ditentang oleh warga setempat.
Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan, meminta masyarakat tidak takut, panik serta tidak menolak jika ada pasien COVID-19 yang meninggal dunia. Adnan menjelaskan, proses pemakaman yang dilakukan sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan Kemenkes sehingga benar-benar aman.
"Masyarakat perlu diedukasi bahwa pemakaman memakai SOP. Insya Allah tidak apa-apa. Mohon agar masyarakat tidak menolak jika ada pemakaman yang meninggal akibat virus ini. Kita sadar penyebaran Corona cepat tapi semua bisa tertangani dengan baik jika kita semua mengambil peran untuk memutus mata rantainya. Tidak dengan menolak dan mengusir mereka yang masuk daftar ODP, PDP dan keluarganya," ujar Adnan dalam rilis berita yang diterima IDN Times.
28 Maret 2020: Kasus positif bertambah menjadi 33 orang, Kepala Satgas COVID-19 Sulsel baru jabarkan strategi
Tak ada lonjakan mencolok jumlah pasien positif COVID-19 di Sulawesi Selatan. Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Sulsel di hari Sabtu (28/3) pukul 17.36 WITA menyatakan Sulsel memiliki 33 kasus, naik sebanyak 4 orang dibanding hari sebelumnya. Rinciannya adalah 29 orang sedang menjalani perawatan, dengan 4 pasien sudah meninggal.
Dengan pasien positif sebanyak 33 orang, kini Sulawesi Selatan menjadi provinsi di luar Pulau Jawa dengan kasus terbanyak.
Jumlah ODP kembali menanjak menjadi 365 orang. Namun, tak ada penambahan ODP yang telah selesai menjalani pemantauan. Jumlahnya masih berada di angka 36, di saat orang masih dalam proses pemantauan meningkat menjadi 329 orang.
Total warga yang berstatus PDP pun naik sebanyak 5 orang, sehingga jumlahnya menjadi 80 orang. Sebanyak 72 orang masih dirawat, sedang jumlah pasien yang sudah sehat dan diizinkan pulang masih bergeming di angka 8.
Daftar pejabat publik Sulsel yang dinyatakan terinfeksi coronavirus kembali bertambah. Dia adalah Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah V Makassar, Baitul Ikhwan. Sebelumnya sudah ada mantan Rektor Universitas Hasanuddin Prof. Idrus Paturusi dan Kepala Dinas Kesehatan Sulsel Ichsan Mustari.
Sementara itu, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Sulsel yang baru yakni Panglima Kodam XIV/Hasanuddin Mayjen TNI Andi Sumangerukka, langsung membeberkan sejumlah strategi. Salah satunya adalah rencana mendatangkan dua unit pesawat nirawak (drone) sebagai alat deteksi suhu tubuh warga.
"Daerah-daerah yang kita indikasi terutama tempat masyarakat berkumpul apakah itu di pasar, pelabuhan. Nanti drone itu mengidentifikasi siapa masyarakat yang dicurigai atau perlu diambil langkah-langkah," ungkapnya dalam sesi teleconference.
27 Maret 2020: Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Ichsan Mustari, dinyatakan positif terinfeksi COVID-19
Tidak ada penambahan signifikan untuk angka penderita coronavirus di Sulsel pada hari Jumat (27/3). Hanya ada dua penambahan kasus, dengan total 29 kasus positif. Data situs Sulsel Tanggap COVID-19 milik Pemprov Sulsel pada Jumat pukul 21:35 WITA, masih belum ada pasien yang dinyatakan sembuh dan ada 4 orang meninggal dunia.
Peningkatan drastis terjadi pada jumlah orang dalam pemantauan (ODP). Sebelumnya jumlah ODP hanya155 orang kini sudah berjumlah 343 orang. Rinciannya, adalah 307 orang dalam pemantauan dan 36 orang selesai pemantauan.
Angka pasien dalam pengawasan (PDP) meningkat tak terlalu tajam, yakni dari 64 orang pada hari Kamis (26/3) menjadi 75 orang, dengan rincian 67 orang masih dirawat dan 8 orang telah diizinkan pulang.
Namun, kabar mengejutkan justru datang dari lingkungan Pemprov Sulsel. Kepada Dinas Kesehatan Sulsel yakni Ichsan Mustari mengumumkan bahwa dirinya positif terinfeksi COVID-19. Kendati demikian, dia mengaku tak mengalami satupun gejala yakni demam, batuk maupun sesak napas.
"Berdasarkan pemeriksaan PCR atau polymerase chain reaction untuk diagnosis COVID-19, diri saya hasilnya positif," ungkap Ichsan dalam sebuah video berdurasi 2 menit 30 detik. Lantaran tanpa gejala, ia kini diminta menjalani karantina secara mandiri di kediamannya.
Ichsan turut meminta agar keluarga, kerabat dan staf kantor yang sempat melakukan kontak fisik dengannya selama beberapa terakhir untuk segera melakukan physical distancing. "Jika dalam masa waktu 14 hari seandainya timbul gejala-gejala, maka sebaiknya para sahabat-sahabat sekalian melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat," lanjutnya.
Di sisi lain, Pemprov Sulawesi Selatan mulai menyiapkan ruang isolasi di RSUD Sayang Rakyat di Kecamatan Biringkanaya sebagai salah satu RS rujukan kasus COVID-19. Sebuah ruangan dengan 118 tempat tidur ini rencananya akan direnovasi sesuai standar.
Proses renovasinya menelan dana sebesar Rp14 miliar, sedang anggaran untuk alat kesehatan adalah Rp11 miliar.
26 Maret 2020: Angka positif melonjak tajam seiring beroperasinya tiga laboratorium di Makassar
Beroperasinya tiga laboratorium penguji sampel di Makassar –sekaligus bertindak sebagai lab utama untuk wilayah Indonesia timur-- membuat jumlah pasien positif mulai meningkat secara pesat. Pada hari Kamis (26/3), data pemerintah kembali diperbaharui.
Jumlah pasien positif di Sulawesi Selatan kembali melonjak drastis. Dari 13 orang menjadi 27 kasus, sekaligus menjadikan Sulsel sebagai provinsi dengan kasus terbanyak keenam se-nasional. Rinciannya, kasus aktif sebanyak 24 orang dan pasien meninggal mencapai 3 orang.
Dari data Satgas COVID-19 Sulsel pada Kamis pukul 21.46 WITA, jumlah ODP kembali melonjak menjadi 208 orang. Sebanyak 172 orang dalam proses pemantauan, sedang 36 lainnya sudah selesai dipantau. Ada 81 warga berstatus PDP, dengan 8 orang sudah mendapat izin pulang.
Kepada Dinas Kesehatan Sulsel, Ichsan Mustari, menjelaskan bahwa pola transmisi sebagian besar kasus positif terbaru bukan imported case atau penularan dari luar negeri melainkan dari local transmission atau penularan secara lokal. Ichsan pun meminta masyarakat agar benar-benar menjaga physical distancing.
"Minimal kita tidak menjabat tangan. Kalau pun ingin bersentuham pastikan tangan itu dicuci dulu, apalagi kalau mau bersentuhan meski dalam rumah," ungkapnya.
Adapun Pj Wali Kota Makassar Iqbal Suhaeb mengatakan bahwa Pemerintah Kota Makassar melalui Dinas Kesehatan tengah mengamati 670 orang hasil tracing atau penelusuran. Ada tiga klaster utama sumber penyebaran virus Corona mulai dari klaster umrah, klaster sebuah pertemuan di Bogor dan klaster ijtima di Gowa sebagai antisipasi.
Lebih rinci, sudah ada data dari 4 perusahaan travel yang sudah dikantongi. Sedang 3 sisanya masih sulit dihubungi. "Baru 4 travel di mana ada 68 warga Makassar yang ikut dalam keberangkatan travel tersebut dan sementara ini dalam pengamatan," kata Iqbal dalam sesi teleconference pada Kamis malam.
Pada hari yang sama, seorang balita PDP berusia tiga tahun asal Kabupaten Bulukumba meninggal di RSUD Wahidin Sudirohusodo Makassar. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan balita tersebut negatif COVID-19. Namun sang ibu kini menjadi suspect karena mengalami gejala seperti demam, batuk, dan susah bernapas.
25 Maret 2020: Kasus positif jadi 13 orang termasuk mantan Rektor Unhas, tiga laboratorium beroperasi di Makassar
Jumlah pasien positif COVID-19 di Sulsel meroket pada hari Rabu (25/3). Data yang dihimpun pemerintah menyebut ada penambahan 9 kasus, sehingga seluruhnya menjadi 13 orang. Rinciannya, 12 orang jalani perawatan intensif serta 1 orang sudah meninggal (Kasus 285).
Data Satgas COVID-19 Sulsel pada Rabu pukul 23.26 WITA menyebut jumlah ODP naik menjadi 158 orang, dengan 122 di antaranya berada dalam proses pemantauan. Adapun pasien berstatus PDP juga naik ke 89 orang, dengan 81 pasien sedang menjalani perawatan intensif di ruang isolasi.
Seluruh 9 pasien positif baru berada di tiga RS berbeda, Ada di RSUD Wahidin Sudirohusodo (5 orang), RS Universitas Hasanuddin (1 orang) dan RS Siloam Makassar (3 orang). Dan dari 12 kasus aktif di Sulsel, sebanyak 11 orang dirawat di Makassar dengan 1 lainnya di Parepare.
Lebih jauh, tiga laboratorium pemeriksaan di Sulsel telah berfungsi pada hari Selasa (24/3) yakni milik Universitas Hasanuddin, RSUD Wahidin Sudirohusodo dan Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Kemenkes.
Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Ichsan Mustari, menyebut tim medis bisa bekerja lebih cepat berkat beroperasinya tiga laboratorium di Makassar. "Dengan bertambahnya jumlah ini tentu berkat adanya hasil pemeriksaan di laboratorium dan tidak menunggu lama seperti sebelumnya," ungkapnya dalam sesi teleconference pada Rabu malam.
Saat menyoal upaya tracing, Dinas Kesehatan disebut masih terus melakukan pelacakan. "Kita melihat angka ODP dan PDP saat ini yang semakin bertambah itulah bagian yang sebenarnya hasil dari tracing yang kita lakukan. Tentu tracing kita akan lebih ditingkatkan," ungkap Ichsan.
Kabar lain datang dari sivitas akademik Universitas Hasanuddin. Prof. Idrus Paturusi, Rektor Unhas periode 2006-2014 dinyatakan positif tertular COVID-19. Kabar tersebut disampaikan langsung oleh sang anak, Idrianti Idrus Paturusi, lewat media sosial pada Rabu sore. Saat ini, Prof. Idrus sudah berada di ruang isolasi Rumah Sakit Universitas Hasanuddin.
24 Maret 2020 : Kasus positif jadi empat orang, satu PDP meninggal
Dalam konferensi pers pada Selasa (24/3) sore, Achmad Yuniarto selaku Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 menyebut bahwa ada dua pasien positif baru di Sulawesi Selatan. Dengan ini, jumlah totalnya menjadi empat orang, termasuk pasien Kasus 285 yang sudah meninggal pada 15 Maret silam.
Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Ichsan Mustari, menyebut tiga pasien positif saat ini terpantau stabil dalam ruang isolasi. "Keadaan pasien hari ini dalam keadaan baik. Tapi masih sementara dirawat," ujar Ichsan dalam konferensi pers yang diadakan melalui aplikasi pertemuan jarak jauh juga pada Selasa sore.
Data Satgas COVID-19 Sulsel pada Selasa (24/3) pukul 18.21 WITA menunjukkan jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) kembali meroket. Angka ODP menanjak dari 115 menjadi 149 orang, dengan rincian 36 telah selesai dipantau serta 113 masih dalam proses pemantauan. Sementara angka PDP naik dari 29 ke angka 59 jiwa. Sebanyak 46 orang PDP masih jalani perawatan intensif.
Sementara itu, seorang PDP COVID-19 meninggal di Rumah Sakit Grestelina Makassar pada Senin (23/3) malam. Menurut Penjabat Wali Kota Makassar, Iqbal Suhaeb, pasien laki-laki berusia 55 tahun dan memiliki riwayat perjalanan umrah beberapa pekan yang lalu. Lebih jauh, pemerintah kesulitan mendapat data rombongan umrah yang lain beserta alamat masing-masing jemaah sehingga upaya tracing masih buntu.
"Jika kami bisa dapatkan, tentu lebih mudah petugas kami untuk tracing satu per satu semua yang satu pesawat," ujar Iqbal. Ini adalah kematian ketiga terkait virus Corona. Sebelumnya sudah ada Kasus 285 dan perempuan berusia 60 tahun berstatus ODP yang meninggal di RSUD Haji Makassar pada Sabtu tanggal 21 Maret.
23 Maret 2020: Terjadi penambahan pada jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP)
Jumlah pasien positif pada hari Senin (23/3) pukul 20:34 WITA masih bergeming di angka dua. Namun, jumlah ODP hasil surveilans meningkat menjadi 115 orang, 94 di antaranya masih dalam proses pemantauan dari tenaga medis. Peningkatan juga terjadi pada jumlah PDP, di mana angkanya menanjak ke 29 orang. Sebanyak 22 PDP masih dirawat secara intensif dalam ruang isolasi milik sejumlah rumah sakit rujukan.
Sementara itu, Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Wilayah Sulawesi Selatan mempersiapkan sekitar 100 ribu tenaga tambahan yang rencananya akan disebar ke tujuh rumah sakit rujukan penanganan COVID-19. Menurut Ketua PPNI Sulsel yakni Abdul Rakhmat, ada kurang lebih 100 ribu perawat yang tercatat dalam keanggotaan PPNI Sulsel. Sebanyak 60% di antaranya berpotensi menjadi relawan.
"Baru hari ini kita buat SK Wilayah Sulsel. Kemungkinan memang akan dibutuhkan beberapa relawan (perawat) di beberapa wilayah. Karena kita lihat kondisinya memang penyakit ini semakin lama semakin berkembang," ujar Rakhmat.
Di sisi lain, Dinas Kesehatan Sulsel mulai melakukan pengadaan Alat Pelindung Diri secara bertahap. Bantuan dari Kementerian Kesehatan sudah tiba, namun difokuskan ke RSUD Wahidin Sudirohusodo Makassar untuk sementara mengingat RS tersebut menangani ODP dan PDP paling banyak.
22 Maret 2020: Tak ada penambahan kasus positif, namun seorang ODP meninggal dunia
Tak ada tambahan jumlah pasien positif COVID-19 di Sulawesi Selatan pada hari Minggu (22/3). Masih ada dua kasus dalam data milik pemerintah yakni Kasus 285 (meninggal pada hari Minggu 15 Maret) dan Kasus 286 yang sudah jalani perawatan intensif lebih dari sepekan di ruang isolasi RSU Wahidin Sudirohusodo.
Kendati demikian, jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) rupanya meningkat. Ada 95 orang berstatus ODP, atau bertambah 45 dibanding data sehari sebelumnya. Sebanyak 83 orang masih dalam proses pemantauan, sementara 12 sisanya sudah selesai jalani pemantauan.
Angka Pasien Dalam Pengawasan (PDP) hanya bertambah satu, sehingga jumlahnya mencapai 28 orang. Jumlah PDP yang dirawat masih ada 21 orang. Berita bagusnya, satu orang PDP dinyatakan sehat dan diperbolehkan pulang. Jumlah PDP dengan kondisi stabil bertambah jadi 7 orang.
Kabar lain datang dari RSUD Haji Makassar. Satu orang berstatus ODP meninggal dunia pada Sabtu (21/3) pagi setelah dirawat selama empat hari. Koordinator Lapangan Tim COVID-19 RSUD Haji Makassar, Sahruna Madjid, menyebut ODP yang meninggal dunia diketahui tak pernah melakukan kontak dengan pasien positif atau melakukan perjalanan keluar daerah.
Namun untuk memastikan apakah pasien berstatus positif atau negatif, kewenangan diserahkan pada pihak Dinkes. "Iya, kan tidak sempat lakukan uji swab kemudian meninggal. Jadi kita serahkan ke surveilans dari Dinas Kesehatan provinsi. Nanti mereka yang lakukan pengecekan," ujar Sahruna.
21 Maret 2020: Ada 50 warga masuk daftar orang dalam pemantauan (ODP)
Data covid19.sulselprov.go.id menunjukkan, hingga Sabtu (21/3) pukul 14.24 Wita tidak ada penambahan pasien positif COVID-19 di Sulsel. Sejauh ini ada dua kasus positif, masing-masing satu meninggal dan satu dirawat. Data kasus terkonfirmasi COVID-19 adalah yang telah diumumkan secara resmi oleh Kementerian Kesehatan.
Di saat yang sama, data menunjukkan sejauh ini ada 50 orang masuk daftar orang dalam pemantauan (ODP). Sepuluh orang sudah selesai dipantau, 40 lainnya masih dalam proses. Pasien dalam pengawasan (PDP) berjumlah 27 orang, dengan rincian 21 orang masih dirawat, dan enam orang sudah pulang dengan sehat.
20 Maret 2020: Pemkot Makassar umumkan 5 kasus ODP dan 9 pasien berstatus PDP
Pj Wali Kota Makassar Iqbal Suhaeb pada hari Jumat (20/3) mengumumkan ada 68 orang di daerahnya yang berada dalam pengawasan terkait COVID-19. Semuanya adalah warga yang pernah melakukan kontak langsung dengan Kasus 285 yang sudah meninggal beberapa hari sebelumnya.
Selain 68 orang, ada juga 5 kasus Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan 9 lainnya berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
Salah satu Orang Dalam Pengamatan (ODP) adalah suami dari mendiang Kasus 285 lantaran telah mengalami gejala-gejala mirip COVID-19. Tracing Kasus 285 melebar ke rekan-rekan Kasus 285 yang masuk dalam rombongan umrah.
"Belum ada gejala-gejalanya. Tapi semua itu kami tracing satu per satu. Datanya kami dapatkan. Oleh karena itu tugas kita melakukan tracing langsug kepada masing-masing rombongan travel tersebut," ujar Iqbal.
19 Maret 2020: Gubernur Nurdin Abdullah umumkan dua kasus COVID-19 pertama di Sulawesi Selatan
Dalam jumpa pers di kediaman pribadinya di Makassar pada Kamis (19/3) malam, Gubernur Nurdin Abdullah menjelaskan bahwa Kasus 285 dan Kasus 286 mendapat perawatan intensif di ruang isolasi selama beberapa hari.
Namun, pasien Kasus 285 yang baru pulang melaksanakan ibadah umrah sudah meninggal dunia pada hari Minggu (15/9). "Pasien sudah meninggal, tapi baru hari ini kita mendapatkan informasi bahwa pasien tersebut positif Corona," ucap Nurdin.
Sementara itu, Kasus 286 dirawat setelah sempat mengeluhkan demam dan batuk yang tak kunjung sembuh. Kondisinya kian membaik setelah jalani perawatan selama sepekan lebih.
Baca Juga: Dokter Bernadette Gugur karena Pasien COVID-19 di Makassar Tak Jujur
Sumber : https://sulsel.idntimes.com/news/sulsel/ahmad-hidayat-alsair/linimasa-perkembangan-terbaru-kasus-virus-corona-di-sulawesi-selatan
Makassar.Online Kumpulan berita terkini harian Makassar dan Sekitarnya terbaru dan terlengkap dari berbagai sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.
Sosmed Kami