Makassar, IDN Times - Analis Kebijakan Utama Bidang Intelijen Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, Brigjen Ibnu Suhendra menyebut, dua anggota Jemaah Ansharut Daulah (JAD) yang ditembak mati di Makassar, merencanakan penyerangan terhadap aparat negara.
Dua orang itu adalah RZ dan AJ. Pada 2016 lalu, mereka hendak berangkat ke Syuriah untuk bergabung dengan ISIS. Namun keberangkatannya digagalkan petugas di Bandara Soekarno-Hatta.
"Kemudian dipulangkan ke Makassar. Namun karena tidak bisa berangkat lagi, dua jaringan ini merencanakan bunuh diri. Sama seperti saudaranya di Zolo, Filipina," kata Ibnu dalam rilis pengungkapan penangkapan di Polda Sulsel, Kamis (7/1/2021).
1. Densus 88 masih menyelidiki sasaran rencana bom bunuh diri
Menurut Ibnu, RZ dan AJ adalah orang yang berpengaruh dari beberapa anggota lain dalam jaringan JAD di Sulsel. Bersama jaringannya, mereka dibina di Pondok Pesantren Ar-Ridho milik Ustaz Basri di Sudiang, Kecamatan Biringkanaya, Makassar, sejak 2015. Bersama anggota terpilih lainnya, keduanya dilatih agar memiliki kemampuan khusus.
Pelatihan rutin yang ditempuh RZ dan AJ, kata Ibnu, antara lain menembak, uji strategi dan berkegiatan di alam bebas seperti naik gunung. Karena menyatakan diri sudah siap, keduanya bersedia menjadi eksekutor di titik yang telah direncanakan. "Namun sasarannya untuk bom bunuh diri belum kita temukan di mana. Intinya mereka berniat menunaikan amaliah bom bunuh diri," ucapnya.
2. Jaringan JAD di Sulsel mengutamakan perekrutan anak muda
Jaringan JAD di Sulsel, kata Ibnu, mengutamakan perekrutan dari kalangan anak muda. Perekrutan dilakukan di berbagai daerah pada beberapa provinsi. Di antaranya, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, hingga Nusa Tenggara Barat (NTB). "Kemudian, mereka (pemuda) ini diberikan doktrin, jadilah radikal. Akibatnya dampak dari yayasan Ar-Ridho tersebut," ungkapnya.
Perekrutan pemuda oleh jaringan tersebut, jelas Ibnu, dinilai penting karena mental dan pola berpikirnya dianggap mudah dipengaruhi. Hingga saat ini, ratusan pemuda telah dibaiat kemudian dididik melalui kajian-kajian radikal untuk membela agama. "Melalui buku-buku, kemudian dilatih untuk pintar berperang. Dan pendidikannya juga memang ala-ala militer, dilatih agar bisa berjihad," ujar Ibnu.
Baca Juga: Jenazah Terduga Teroris Dimakamkan di Gowa dengan Pengawalan Ketat
3. Jaringan JAD disebut akan menyerang aparat
Lebih lanjut kata Ibnu, pihaknya juga masih menyelidiki sumber aliran dana kelompok JAD di Sulsel. Khususnya, untuk pembelian perlengkapan senjata hingga kebutuhan logistik tiap harinya. Apalagi, setelah pimpinan Pondok Pesantren Ar-Ridho ditangkap dan meninggal di Lapas Napi Teroris di Nusa Kambangan.
Puluhan senjata tajam hingga senjata api, disita dalam pengungkapan jaringan terduga teroris JAD di Sulsel. Barang bukti itu, kata Ibnu, digunakan untuk persiapan berjihad.
"Untuk rencana penyerangan terhadap aparat, kepada yang menurut mereka haram, atau yang tidak sejalan dengan ideologinya," kata Ibnu.
Baca Juga: Polisi Tembak Mati Dua Terduga Teroris di Makassar
Sumber : https://sulsel.idntimes.com/news/sulsel/sahrul-ramadan-1/terduga-teroris-ditembak-di-makassar-rencanakan-penyerangan-ke-aparat
Makassar.Online Kumpulan berita terkini harian Makassar dan Sekitarnya terbaru dan terlengkap dari berbagai sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.
Sosmed Kami