Makassar, IDN Times - Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Selatan Muhammad Al Amin menyebut daya dukung dan daya tampung lingkungan di Kota Makassar menurun drastis. Kondisi itu menyebabkan banjir parah di sebagian wilayah.
Amin mengatakan, buruknya daya dukung lingkungan sebagai penyebab banjir setidaknya disebabkan tiga faktor.
"Pertama ruang terbuka hijauh (RTH) yang sudah tidak ada, kedua soal tata kelola drainase dan ketiga adalah proyek betonisasi setiap jalan-jalan yang dianggap pemerintah baik. Padahal itu buruk," kata Amin saat berbincang dengan IDN Times, Selasa (22/12/2020).
Baca Juga: Banjir di Makassar, 700 Orang Mengungsi di Masjid
1. RTH seharusnya berfungsi sebagai daerah resapan air
Amin menjelaskan, RTH dalam setiap pembangunan dan penataan kota wajib disediakan pemerintah untuk tetap menjaga keseimbangan lingkungan. Baik dari pencemaran udara dari polusi dan air. Selain itu, RTH juga berfungsi sebagai kawasan untuk meresap aliran air dari hulu ke hilir untuk mengantisipasi terjadinya banjir.
Amin menyayangkan dalam penerapannya, RTH justru dialih fungsikan oleh pemodal yang difasilitasi pemerintah.
"Kita tahu ada di Kecamatan Tamalanrea, tapi itu kemudian sudah dikonversikan menjadi real estate. Terutama di bagian perkotaan, itu sudah nyaris tidak ada lagi. Padahal dulu masih cukup berfungsi dengan baik," jelas Amin.
2. Tata kelola drainase tidak jelas dan sangat buruk
Amin mengungkapkan, tata kelola drainase di Kota Makassar juga sangat bermasalah. Salah satu contohnya kata dia, drainase di sepanjang Jalan AP Pettarani. Padahal, jalan itu masuk dalam katergori jalur lintas provinsi. Seharusnya, pembangunan tol layang oleh pemerintah dibarengi dengan penataan saluran air yang memadai.
"Hujan sedikit saja di sana sudah pasti banjir. Air tergenang," ucap Amin.
Menurut Amin, meski pelaksana proyek pembangunan tol telah membangun drainase di kawasan setempat, persoalan banjir dan genangan tidak sama sekali berubah. Amin menyebut pembangunan tidak diimbangi dengan kondisi keamanan lingkungan.
"Saya lihat ukurannya tidak terlalu besar. Dan saya belum menemukan di mana muara aliran air yang dari drainase itu," ungkap Amin.
Begitu pun drainase di kawasan perumahan yang ada di sejumlah lokasi di Makassar. Menurut Amin, letak hingga jalur air ke mana akan bermuara sama sekali tidak jelas. Belum lagi penumpukan sampah yang menghambat aliran air.
"Artinya masih banyak tata kelola yang amburadul, semrawut dan sangat buruk dalam tata kelola drainasenya," ujar Amin.
3. Proyek betonisasi jalan memicu daya resapan berkurang
Lebih lanjut, Amin juga menyebut proyek betonisasi jalanan di Makassar turut memicu berkurangnya daya resapan air. Amin bilang, hampir di sebagian besar jalan utama maupun kawasan perlintasan atau penghubung sudah dibeton. Kondisi itu semakin membuat daya dukung tanah terhadap air hilang.
"Termasuk kan jalan (tol) layang ini. Itu yang seharusnya dipikirkan pemerintah," kata Amin.
Berbagai persoalan itu menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah Kota Makassar maupun Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. PR itu, kata Amin, seharusnya dituntaskan sejak dulu. Pemangku kebijakan didesak untuk bergerak cepat dalam menangani masalah ini, bukan justru menyalahkan kondisi cuaca buruk.
"Pemerintah tahu ini sejak dulu. Seharusnya buat langkah mitigasi, bukan cuaca yang disalahkan. Hujan itu hanya pemicu saja. Banjir terjadi akibat buruknya penataan pengelolaan lingkungan," Amin mengatakan.
Baca Juga: Evakuasi Korban Banjir di Perumnas Antang dan Romang Tangaya Makassar
Sumber : https://sulsel.idntimes.com/news/sulsel/sahrul-ramadan-1/walhi-sulsel-sebut-tiga-faktor-penyebab-banjir-di-makassar
Makassar.Online Kumpulan berita terkini harian Makassar dan Sekitarnya terbaru dan terlengkap dari berbagai sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.
Sosmed Kami