Bukan Kali Ini Saja Lawan Benturkan Danny Pomanto Dengan JK


MAKASSAR, LIPUTAN8.COM – Upaya lawan politik Danny Pomanto untuk menjatuhkan popularitas dan elektabilitas Danny Pomanto makin masif jelang Pilkada.

Terbaru, lawan politik menyusup ke rumah pribadi Danny Pomanto dan melakukan penyadapan. Potongan rekaman suara tersebut kemudian diedit dan dijadikan bahan fitnah dan mengadukan Danny ke polisi.

Rupanya, ini bukan pertama kali lawan politik Danny melakukan upaya pembunuhan karakter.

Tiga tahun lalu, saat Danny Pomanto masih menjabat Wali Kota, lawan politik Danny merekam pembicaraan Danny Pomanto dengan JK di kediaman pribadi Jusuf Kalla.

Saat itu Danny datang baik-baik untuk bersilaturahmi. Tapi saat yang sama ada kelompok dari pedagang pasar sentral yang mengadukan Danny ke JK. Saat itu masih Wakil Presiden RI.

Jusuf Kalla bertemu dengan perwakilan pedagang Pasar Sentral, di kediamannya, Jalan Haji Bau Makassar, Senin (1/5/2017).

Video pembicaraan tersebut kemudian sengaja diviralkan. Dengan narasi negatif. Untuk menjatuhkan karakter Danny Pomanto.

*Penyadapan Tidak Sah*

Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun membuat analisis terkait video viral rekaman suara Danny Pomanto di media sosial. Rekaman tersebut dilakukan secara ilegal.

Menurutnya, setiap percakapan harus dibagi atas ranah publik dan ranah private atau pribadi. Menurut Refly, kalau percakapan dilakukan dalam rumah, berarti bersifat pribadi. Itu adalah hak setiap orang.

Orang yang bertanggung jawab terhadap bocornya percakapan pribadi adalah yang merekam dan mempublikasikan.

Menjadi hak setiap orang, kata Refly, untuk melakukan analisis politik.

"Kadang saya juga bicara sama teman agak keras juga. Bicara tentang presiden, wakil presiden. Bahkan gunakan kata tidak pantas jika dipublikasikkan," katanya, dalam kanal Youtube Refly Harun.

Meski sering membincangkan sesuatu secara pribadi, Refly mengaku, saat tampil depan kamera atau publik. Percakapannya tidak bisa begitu lagi.

"Saya harus menyampaikan hal-hal yang memang patut didengar oleh publik," ungkapnya.

Persoalannya adalah, kata Refly, bagaimana kalau seseorang bercerita lalu ada pihak yang merekam dan menyiarkan di media sosial. Kemudian menjadi pembicaraan publik.

"Kalau memang benar ini adalah percakapan private yang direkam secara unlawful interception (Penyadapan yang tidak sah), harusnya Danny Pomanto tidak bersalah. Karena dia tidak maksudkan ini sebagai konsumsi publik. Yang bisa dianggap melanggar UU ITE, melakukan fitnah, ujaran kebencian, provokasi, dan sebagainya," jelas Refly.

"Yang harus dicari adalah orang yang merekam dan menyebarluaskan ini (video rekaman)," tambah Refly.

Analisis Refly, kasus ini konteksnya pasti Pilkada. Karena banyak orang tahu Danny Pomanto adalah salah seorang calon dalam Pilkada Makassar.

Tahun 2018, kata Refly, Danny Pomanto juga pernah diunggulkan banyak lembaga survei. Calon kuat. Tapi harus kena sanksi diskualifikasi jelang pencoblosan.

"Saya kira terlalu bodoh juga Danny kalau berbicara ini dimaksudkan untuk disebar ke publik. Karena sama saja gol bunuh diri," katanya.

*Motif Pilkada*

Refly mengatakan, maksud orang yang menyebarkan video rekaman Danny, mungkin bermotif menjatuhkan reputasi Danny Pomanto. Membenturkan Danny dengan JK, Sehingga ada keuntungan yang bisa ditarik lawan Danny.

"Itu analisisnya. Menurut saya masuk akal juga, kalau ranah private," kata Refly.

Berbeda jika pembicaraannya masuk ranah publik untuk disosialisasikan. Pasti salah.

"Dalam kasus Danny Pomanto bukan dia merekam. Justru (Danny) jadi korban unlawful interception," jelasnya.

Menurut Refly, orang yang merekam perbincangan pribadi Danny yang sebenarnya melanggar. Diam-diam merekam.

"Yah penyadapan juga," kata Refly.

Karena dalam kasus Danny Pomanto, tidak ada maksud Danny untuk merekam atau menyediakan konten untuk dipublikasikan.

"Jadi dalam konteks ini saya sepakat Danny adalah korban unlawful interception,"

"Tapi saya tidak mau ikut-ikut isinya," ujarnya.

Sebelumnya beredar video berdurasi 1 menit 58 detik. Isinya wajah Danny Pomanto dan suara yang diduga milik Danny Pomanto.

Dalam rekaman, terdengar suara mirip Danny Pomanto melakukan analisis terkait penangkapan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo.

*Relawan Danny Pomanto Tidak Terpengaruh, Malah Makin Solid*

Banyaknya fitnah dan upaya kriminalisasi terhadap Danny Pomanto tidak membuat relawan dan simpatisan Danny Pomanto goyah.

Sampai hari terakhir masa kampanye, relawan dan simpatisan terus bekerja. Melakukan sosialisasi program Danny-Fatma jika terpilih menjadi pemimpin di Kota Makassar.

Relawan mengaku, warga Kota Makassar sudah cerdas. Tidak mudah terpengaruh dengan fitnah dan hoaks.

"Warga Makassar butuh pemimpin yang punya program baik dan terbukti. Bukan pemimpin yang suka memfitnah dan mengkriminalisasi," kata relawan. (**)



Sumber : http://liputan8.com/?p=92017

Makassar.Online Kumpulan berita terkini harian Makassar dan Sekitarnya terbaru dan terlengkap dari berbagai sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.