kue bolu permintaan anak aceh yang dibunuh pemerkosa ibu


Aceh Timur - Garis Polisi masih terpasang di sekeliling rumah mungil yang berdinding papan dengan atap lembaran seng, di Desa Alur Gading, Kecamatan Birem Bayeun, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh, Selasa, 20 Oktober 2020.

Rumah berukuran 4x5 meter itu menjadi saksi peristiwa meninggalnya seorang bocah bernama Rangga, 9 tahun, yang mencoba melindungi kehormatan ibunya, DN, 28 tahun, dari rudapaksa dari seorang pria berinisial SB pada Sabtu, 10 Oktober 2020 dini hari.

Letak rumah itu memang agak  jauh terpisah dari kumpulan rumah warga lain di desa itu. Bahkan jika tidak diperhatikan dengan baik, tidak akan ada orang yang menyangka bahwa di dalam area perkebunan kelapa sawit tersebut ada rumah yang ditinggali

Untuk mencapai ke lokasi rumah itu, harus menyeberangi jembatan gantung berusia puluhan tahun, sepanjang kurang lebih 13 meter, dan lebar sekitar 2 meter.

Jembatan gantung berlantai plat besi yang mulai usang itu berada di atas sungai kecil. Beberapa tali penahan jembatan pun terlihat sudah putus. Sehingga jembatan melengkung ke bawah, nyaris menyentuh air sungai. Hanya pejalan kaki saja yang bisa melewati jembatan tersebut.

Cerita Rangga Aceh (2)Jembatan menuju rumah Rangga, Selasa, 20 Oktober 2020. (Foto:Tagar/Zulfitra).

Untuk mencapai rumah Rangga masih harus berjalan kaki sekitar 200 meter, melalui jalan beton dan semak belukar di sekitarnya.

Ketukan Minta Tolong

Pagi itu, di hari pemerkosaan terhadap DN dan pembunuhan terhadap Rangga, seusai azan Subuh atau sekitar pukul 05.30 WIB, DN sudah ada di depan rumah tetangganya, Zulkifli, 58 tahun.

DN mengetuk pintu rumah Zulkifli sambil berteriak minta tolong. Tapi saat itu Zulkifli tidak langsung membuka pintu dan menolongnya, sebab Zulkifli tidak tahu siapa perempuan yang ada di depan pintunya.

"Pak, tolong. Anak saya sudah dibunuh dan mau dibuang ke sungai. Tolong selamatkan saya," kata Zulkifli menirukan permohonan minta tolong DN.

Zulkifli masih belum mengetahui sosok perempuan itu. Untuk memastikan siapa orang itu,, Zulkifli mengintip dari balik jendela rumahnya, dan melihat sosok wanita dengan rambut acak-acakan dan pakaian yang tidak lengkap.

Zulkifli pun bertanya dari dalam rumah untuk memastikan identitas perempuan itu. Setelah DN menyebutkan identitasnya, barulah Zulkifli membukukan pintu dan menyuruh DN masuk. Selain acak-acakan, tangan DN juga terluka.

"Saya adik ipar Kak Marliah pak. Tolong selamatkan saya. Anak saya sudah dibunuh dan akan dibuang ke sungai," kata DN mengulangi ucapannya saat itu.

Setelah berada di dalam rumah, Zulkifli memberikan sarung milik istrinya untuk menutup bagian tubuh DN yang tidak tertutup, lalu Zulkifli menyuruhnya untuk bersembunyi sembari dia mematikan lampu depan rumah.

Sekitar setengah jam kemudian, saat keadaan dinilai aman, Zulkifli mengantarkan DN ke rumah kakak iparnya dan menceritakan yang terjadi terhadap DN.

Keluarga pun memberi tahukan peristiwa itu kepada kepala desa setempat dan warga lainnya, selanjutnya ke pihak kepolisian. Sementara DN dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan medis untuk luka di tangannya.

Saat kejadian, Sabtu, 10 Oktober 2020, DN memang hanya berdua dengan Rangga, sebab sang suami sedang mencari ikan di sungai, seperti hari-hari lainnya. Suami DN berangkat tengah malam, sekitar pukul 00.00 WIB.

Cerita Rangga Aceh (3)Rangga (kanan), 9 tahun, anak yang menjadi korban pembunuhan karena mencoba menolong ibunya yang akan diperkosa. (Foto:Tagar/Istimewa).

Si pemerkosa sekaligus pembunuh Rangga, yakni SB mengetahui kebiasaan itu dan memasang rencana busuk. Malam itu SB masuk ke dalam rumah dengan mencongkel jendela. Setelah berhasil masuk ke dalam rumah dia langsung menghampiri DN yang sedang tidur.

Tetapi DN terjaga ketika merasa ada yang menyentuhnya. Dia berteriak kencang, tetapi lokasi rumahnya yang berada di jauh dari rumah lain membuat teriakannya tak terdengar oleh orang lain. Hanya Rangga yang kemudian terbangun.

Rangga berupaya membantu dan menyelamatkan ibunya. Tapi apa daya, kekuatannya tak sebanding dengan kekuatan SB. SB yang gelap mata bahkan membacok Rangga hingga beberapa kali, kemudian jasadnya dimasukkan ke dalam karung goni dan dibuang ke sungai.

Kue Bolu Permintaan Terakhir

Siang itu, Selasa, 20 Oktober 2020, para kerabat masih terus berdatangan ke rumah kakak kandung suami DN, Marliah, 52 tahun, untuk memberikan bantuan dan ucapan belasungkawa.

Kematian Rangga bukan hanya menjadi pukulan untuk DN dan suaminya saja, tetapi juga untuk orang-otang yang mengenal Rangga, termasuk kerabat dan gurunya di sekolah.

Marliah, 52 tahun, yang merupakan bibi Rangga, menjadi salah satu kerabat yang sangat terpukul atas kejadian itu. Teringat jelas dalam ingatan Marliah keinginan Rangga yang disampaikan oleh sang ayah.

Ayah Rangga menyampaikan kepadanya, bahwa Rangga ingin makan kue bolu, namun karena keterbatasan ekonomi sang ayah hanya bisa menenangkan buah hatinya, dan mengatakan bahwa nanti jika dirinya mempunyai cukup uang, dia akan membelikan kue bolu untuk Rangga.

"Rangga kepengen kue bolu sebelum meninggal, dan Ayahnya ada menyampaikan kepada saya, nanti tolong buatkan kue itu untuk Rangga kalau dirinya sudah punya uang," kata Marliah sembari menitiskan air mata.

Namun nahas, sebelum Rangga sempat mendapatkan keinginannya, ia sudah terlebih dahulu berpulang pada sang pencipta.

Sosok Rangga yang periang dan gemar bermain sepeda membuat Marliah selalu teringat padanya. Sesekali mata wanita paruh baya itu berkaca-kaca saat bercerita Pandangan matanya sesekali diarahkan ke sepeda BMX berwarna kuning milik Rangga yang tersandar di sebelah bekas warungnya.

Cerita Rangga Aceh (4)Sepeda milik Rangga, korban pembunuhan karena mencoba menolong ibunya yang akan diperkosa, Selasa, 20 Oktober 2020. (Foto:Tagar/Zulfitra).

Sementara, Indun, guru sekolah Rangga sekaligus guru mengajinya, mengaku awalnya tidak percaya bahwa Rangga meninggal.Di matanya, Rangga merupakan murid yang sangat aktif dan cerdas.

"Kurang lebih baru sebulan dia di sekolah sini. Rangga merupakan siswa pindahan dari sekolah dasar di Sumatera Utara," katanya.

Meskipun dia siswa baru di sekolah itu, namun Indun mengaku Rangga sangat cepat akrab dan mudah beradaptasi dengan lingkungan barunya. Bahkan, temannya di sekolah itu mengaku jika Rangga mempunyai sosial yang sangat tinggi, meskipun ekonomi orang tuanya terbilang sangat pas-pasan.

"Dia sering berbagi kepada temannya. Saat temannya dilihat tidak punya uang untuk membeli jajan, Rangga memberikan sedikit uang yang dimilikinya kepada temannya itu," katanya.

Tewas di Sel Tahanan

Kematian Rangga disusul oleh tewasnya SB, 41 tahun, si pemerkosa sekaligus pembunuh. Hanya beberapa hari sejak kejadian itu, SB tewas di dalam sel tahanan, tepatnya pada Sabtu, 17 Oktober 2020 malam sekitar pukul 23.00 .

Polisi membekuk SB hanya dalam hitungan jam setelah pemerkosaan dan pembunuhan yang dilakukannya yakni Minggu, 11 Oktober 2020.

Saat ditangkap, polisi terpaksa menembak kaki SB karena berupaya menyerang polisi menggunakan senjata tajam (sajam) jenis samurai.

"Ia ditangkap karena telah memperkosa ibu muda dan membunuh anaknya yang masih di bawah umur," kata Kasat Reskrim Polres Langsa, Iptu Arief Sukmo Wibowo beberapa waktu lalu.

Cerita Rangga Aceh (5)Rangga, anak yang menjadi korban pembunuhan karena mencoba menolong ibunya yang akan diperkosa. (Foto:Tagar/Istimewa).

Penangkapan terhadap SB cukup dramatis dan tidak mudah. Beberapa kali dia berupaya melarikan diri dan berupaya menyerang polisi menggunakan samurai yang ia bawa. Bahkan masyarakat setempat di Tempat Kejadian Perkara (TKP) penangkapan harus ikut turun tangan membantu polisi menangkap SB.

"Pelaku terpaksa kami tembak di kakinya saat kami melakukan pengembangan terhadap pencarian jenazah bocah malang itu, dia kami tembak di kakinya," kata Kasat Reskrim Polres Langsa, Iptu Arief Sukmo Wibowo.

Setelah beberapa hari mendekam di sel tahan, SB mengeluh sesak nafas dan sempat dibawa ke rumah sakit setempat dan diberikan infus oleh tim medis selama satu malam sebelum akhirnya diperbolehkan kembali ke dalam sel dan tewas.

"Iya, dia sudah meninggal dunia," kata Iptu Arief Sukmo Wibowo, saat dikonfirmasi Tagar, Minggu, 18 Oktober 2020.

Sementara, keluarga SB menolak otopsi untuk jasad SB. "Kami, keluarga SB menolak untuk dilakukan otopsi, karena dalam islam itu tidak di benarkan. Kami ikhlas dan tidak akan menut," ungkap adik SB, SZ, 30 tahun. [] 

Berita terkait



Sumber : https://www.tagar.id/kue-bolu-permintaan-anak-aceh-yang-dibunuh-pemerkosa-ibu

Makassar.Online Kumpulan berita terkini harian Makassar dan Sekitarnya terbaru dan terlengkap dari berbagai sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.