Makassar, IDN Times - Perjuangan masyarakat nelayan di Pulau Kodingareng, Kecamatan Sangkarrang, Kota Makassar, untuk menemui Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah, belum menuai hasil. Berulang kali para nelayan berunjuk rasa di depan rumah jabatan hingga kantor gubernur, Nurdin belum sekali pun menemui mereka.
Padahal, nelayan hanya ingin menyampaikan keluh kesah atas dampak penambangan pasir laut. "Saya berharap sekali gubernur dibukakan pintu hatinya sehingga mau bicara dengan kami-kami para nelayan di Pulau Kodingareng. Karena kami juga rakyat Sulawesi Selatan," kata salah seorang nelayan Kodingareng, Suwadi, kepada jurnalis di Makassar, Rabu (23/9/2020).
1. Gubernur diminta temui nelayan dan perempuan Kodingareng
Suwadi meminta Gubernur Nurdin Abdullah bersedia mendatangi nelayan dan berdialog agar pemerintah mengetahui secara pasti masalah yang dihadapi nelayan. Terutama, dampak ekonomi hingga psikologis nelayan yang terus berjuang mempertahankan wilayah tangkap dari aktivitas tambang pasir.
Suwadi mengaku, penambangan pasir laut di wilayah tangkap nelayan sudah berjalan selama tujuh bulan lebih. Selama itu juga, kata dia, kehidupan nelayan di Pulau Kodingareng sangat terpuruk bahkan sudah tidak ada pemasukan karena setiap kali nelayan melaut, selalu pulang dengan tangan kosong.
"Kami hanya ingin (kapal) Royal Boskalis berhenti menambang dan izin dicabut. Karena kalau kapal itu menambang, tidak ada ikan yang kami dapatkan karena air keruh dan ombak tinggi. Jadi tolong hentikan penambangan pasir di wilayah tangkap kami," ungkap Suwandi.
Baca Juga: Didesak Cabut Izin Tambang Pasir Laut, Nurdin: Apa yang Dilanggar?
2. Nelayan dan perempuan Kodingareng tidak berhenti berjuang sampai gubernur bersedia menemui
Terpisah, Sita, istri salah satu nelayan menegaskan, permintaan masyarakat khususnya perempuan Kodingareng kepada pemerintah melalui Gubernur Nurdin Abdullah, sangat sederhana. Mereka, sebut Sinta, berharap Nurdin sudi menemui nelayan dan mendengarkan jeritan hati mereka karena menjadi korban terdampak aktivitas tambang pasir laut.
Sita menegaskan, nelayan dan perempuan Kodingareng tidak akan pernah berhenti berjuang agar penambangan pasir dihentikan.
"Kalau pak gubernur tidak mau datang di pulau menemui dan berdiskusi dengan kami, hentikan tambang pasir. Jika pak gubernur tidak mau hentikan tambang, kami akan mendatangi kantor bapak untuk menyampaikan dampak yang kami rasakan selama ini," ungkap Sita.
Baca Juga: Polisi Tangkap Nelayan Kodingareng karena Robek Uang Diduga Sogokan
3. Nelayan dan perempuan Kodingareng bantah isu diprovokasi
Zakia, istri nelayan lainnya juga mengaku, perjuangan masyarakat dan perempuan Kodingareng sama sekali tidak diprovokasi oleh orang-orang atau lembaga yang tidak bertanggung jawab. Perjuangan warga, kata Zakia, murni karena kesadaran atas ruang hidup yang diganggu sejak kahadiran penambang pasir.
"Kami tidak pernah diprovokasi oleh siapapun termasuk WALHI. Kami yang meminta agar mahasiswa dan ASP mendampingi kami agar keinginan kami dapat didengar oleh pemerintah. Jadi sekali lagi, saya minta bapak gubernur tolong hentikan tambang pasir laut ini agar hidup kami kembali normal," imbuhnya.
Baca Juga: Diterpa Propaganda, Nelayan Kodingareng Kukuh Tolak Tambang Pasir
Sumber : https://sulsel.idntimes.com/news/sulsel/sahrul-ramadan-1/sulit-temui-nurdin-perempuan-kodingareng-kami-juga-rakyat-sulsel
Makassar.Online Kumpulan berita terkini harian Makassar dan Sekitarnya terbaru dan terlengkap dari berbagai sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.
Sosmed Kami