denny siregar: ada apa di balik rem darurat anies baswedan


Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengumumkan akan menarik "rem darurat" pada Senin depan, tanggal 14 September 2020. Ini berarti pembatasan sosial berskala besar atau PSBB akan diberlakukan semakin kencang. Kantor-kantor kembali tutup, kegiatan-kegiatan dibubarkan, dan kafe juga resto yang baru bernapas harus hilang. Roda perekonomian Jakarta berhenti. Taksi dan ojek online kehilangan penumpang. Pedagang kecil kehilangan pelanggan.

Itu kebijakan aneh. Sebelum rem darurat ditarik kencang, Gubernur malah memberi izin orang berkumpul dalam jumlah besar di acara demo dan deklarasi. Kenapa sebelum rem darurat ditarik, Jakarta bukannya menginjak rem pelan-pelan, malah menekan gas kencang?

Berhentinya roda ekonomi di Jakarta akan memperparah ekonomi di Indonesia yang sekarang ada di pinggir jurang resesi. Kebijakan Anies akan mendorong paksa kita masuk jurang, bersama belasan negara di dunia lainnya. Dampaknya bukan hanya Jakarta, tapi juga seluruh Indonesia.

Apa yang harus dilakukan pemerintah pusat ? Melarang Anies menarik rem darurat?

Itu kebijakan aneh. Sebelum rem darurat ditarik kencang, Gubernur malah memberi izin orang berkumpul dalam jumlah besar di acara demo dan deklarasi.

Anies BaswedanAnies Baswedan. (Foto: Tagar/Instagram @aniesbaswedan)

Kalau itu dilakukan pusat, Anies akan menimpakan kesalahan naiknya penderita covid karena pusat melarang dia mengetatkan PSBB. Dia akan menuding, "Itu lho, pemerintah pusat yang membuat banyak orang mati di Jakarta."

Anies melenggang sebagai pahlawan dengan senyum lebar karena dia sudah melemparkan "buah simalakama".

Pusat bisa saja pada akhirnya tidak mau terjebak permainan Anies. Direstuilah PSBB di Jakarta. Ekonomi mulai tergerus lagi. Dana triliunan rupiah yang sudah digelontorkan pusat untuk membuat ekonomi kecil bergerak, jadi sia-sia. Kita akhirnya terjerembab ke jurang resesi.

Siapa yang salah kalau ekonomi kita hancur? Ya, Jokowi lagi. Anies lepas tangan, sambil ketawa keras. Dia menang.

Kadang saya tidak ingin berpikir bahwa penanggulangan pandemi ini harus selalu dikaitkan dengan politik. Terlalu kejam rasanya. Tapi di tangan seseorang yang punya rekam jejak memanfaatkan politik identitas sebagai piala kemenangan, saya harus merekonstruksi ulang pikiran baik saya.

Di Indonesia, apa pun bisa dijadikan bargaining politik. Apalagi masa jabatan habis pada 2022, dan kalau harus menunggu Pilkada serentak tahun 2024 bisa hilang namanya.

Harus ada cara untuk menekan pusat.

Harus. Bagaimanapun caranya. Enggak bisa ayat, pakai mayat sebagai kekuatan.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait



Sumber : https://www.tagar.id/denny-siregar-ada-apa-di-balik-rem-darurat-anies-baswedan

Makassar.Online Kumpulan berita terkini harian Makassar dan Sekitarnya terbaru dan terlengkap dari berbagai sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.