Butuh Biaya Besar, Ambulans Laut di Sulsel Dianggap Tidak Efektif


Inovasi layanan kesehatan berupa ambulans laut dinilai tidak efekftif bagi masyarakat pulau. Inovasi itu dihadirkan Pemerintah Kota Makassar dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan beberapa tahun belakangan.

Kepala Puskesmas Barrang Lompo Kota Makassar dr Faisal mengatakan penggunaan ambulans laut terlalu boros anggaran. Itu alasannya mengapa sarana tersebut sangat jarang digunakan bagi masyarakat pulau.

Sebagai contoh, pihaknya mesti menyediakan bahan bakar Pertalite sekitar 60 liter sekali jalan. Sedangkan di pulau, harga Pertalite mencapai Rp10 ribu per liter.

"Pemakaiannya kira-kira sekitar 60 sampai 70 liter dan itu hanya dari Pulau Barrang Lompo saja ke Makassar," kata Faisal dilansir Antara, Selasa (8/9/2020).

Baca Juga: Nurdin Abdullah Janjikan Listrik hingga Ambulans Laut bagi Warga Pulau

1. Kebutuhan bahak bakar tidak sebanding dengan anggaran operasional

Butuh Biaya Besar, Ambulans Laut di Sulsel Dianggap Tidak EfektifNelayan Pulau Kodingareng. IDN Times/ASP Sulsel

Faisal mengatakan, penggunaan bahan bakar jadi kendala sehingga ambulans laut tidak begitu optimal bagi warga pesisir. Sebab Dinas Kesehatan Makassar, kata dia, cuma menyiapkan anggaran operasional untuk bahan bakar sekitar Rp5 juta per bulan.

Puskesmas Barrang Lompo, kata dia, juga mesti mengeluarkan biaya lebih untuk pengemudi. Apalagi tidak banyak masyarakat yang bisa mengoperasikan armada itu.

"Ini pengadaan wali kota, saat ini tetap dipakai tapi kurang efektif karena boros biaya. Anggarannya itu dari dinas dan kita tidak dibebankan ke pasien," katanya.

2. Lebih sering bersandar di dermaga

Butuh Biaya Besar, Ambulans Laut di Sulsel Dianggap Tidak EfektifAmbulans laut. sulselprov.go.id

Faisal juga menyebut ambulans laut tidak efisien. Dengan ongkos operasional besar, armada itu cuma bisa membawa satu pasien bersama sekitar tiga-empat orang anggota keluarganya.

Hal ini mengakibatkan akses penggunaan ambulans tidak cukup mudah bagi sedikitnya enam pulau di wilayah Puskesmas Barrang Lompo. Adapun enam pulau tersebut yakni Pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi, Pulau Kudingareng, Pulau Lumu-lumu, Pulau Bonetambu dan Pulau Lajukan.

Saat ini, kata dr Faisal, penggunaan ambulans laut diprioritaskan untuk rujukan pasien gawat darurat. Ambulans laut lebih sering bertengger di dermaga Pulau Barrang Lompo dan sangat jarang digunakan masyarakat setempat, terlebih warga di pulau lainnya.

"Sebenarnya bisa menelepon ketika memang dibutuhkan, tapi prosesnya lama karena diisi bensin dulu, mencarikan pengemudinya. Jadi untuk kegiatan yang bisa direncanakan itu tidak bisa, belum lagi perawatannya. Makanya ambulans laut ini tidak efektif," ujarnya.

3. Ambulans laut di Pangkep cuma dipakai untuk simulasi

Butuh Biaya Besar, Ambulans Laut di Sulsel Dianggap Tidak EfektifAmbulans laut. sulselprov.go.id

Kondisi serupa disampaikan FD Manaba, Pelaksana Harian Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pangkep. Dia mengatakan ambulans laut belum pernah dipakai untuk melayani warga pulau. Padahal sarana layanan kesehatan itu sudah diserahkan oleh Pemprov Sulsel sejak tahun 2019.

Manaba bilang selama ini pihaknya tidak punya anggaran operasional. Pihaknya baru merencanakan anggaran untuk itu pada tahun 2021.

"Kadi selama ini hanya digunakan untuk simulasi untuk menjaga mesinnya tidak rusak tetapi belum pernah dipakai untuk warga pulau," katanya.

Baca Juga: Alasan Warga Pulau Kodingareng Usir Kapal Penambang Pasir Laut



Sumber : https://sulsel.idntimes.com/news/sulsel/aanpranata/butuh-biaya-besar-ambulans-laut-di-sulsel-dianggap-tidak-efektif

Makassar.Online Kumpulan berita terkini harian Makassar dan Sekitarnya terbaru dan terlengkap dari berbagai sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.