Makassar, IDN Times - Rumah Detensi Imigrasi Makassar mencatat 45 orang pengungsi meninggalkan Kota Makassar, Sulawesi Selatan, selama masa pandemik COVID-19. Pengungsi tersebut berasal dari berbagai negara.
Hingga Agustus, sebanyak 36 pengungsi menjalani penempatan baru atau ressetlement ke negara ketiga yang bersedia menerima mereka untuk bermukim di sana.
"Sembilan orang pemulangan. Pulang kampung dia kembali ke negara asalnya," kata Kepala Rudenim Makassar Togol Situmorang kepada jurnalis, Rabu (23/9/2020).
Baca Juga: 7 Tahun di Makassar, Keluarga Asal Rohingya Diterima Tinggal Amerika
1. Tidak tahan mengungsi, 9 orang minta dipulangkan ke negara asalnya
Togol mengatakan, 36 orang pengungsi diserahkan ke negara ketiga yang bersedia menampung mereka. Di antaranya Kanada, Australia, hingga Amerika Serikat. Umumnya mereka sudah mengungsi selama bertahun-tahun di Makassar.
Mereka yang dikirim ke negara penampung didominasi warga negara Somalia. Sisanya berasal dari Afghanistan, Myanmar, Iran dan Pakistan.
Sedangkan yang memilih pulang kembali ke negaranya, 6 orang merupakan warga Afganistan, 2 warga Pakistan, dan 1 warga Somalia. Pemulangan ke negara asal dibiayai oleh International Organization for Migration (IOM).
"Khusus sembilan orang ini, mereka pulang secara sukarela (permintaan sendiri). Sudah tidak kuat (mereka) jadi pilih pulang kampung," Togol menerangkan.
2. WN Afhganistan mendominasi pengungsi di Kota Makassar
Togol menyebut hingga September 2020 ini, ada 1.670 pengungsi di Makassar. Mereka tersebar di berbagai lokasi atau rumah penampungan. Pengungsi didominasi warga negara Afghanistan dengan total 1.116 orang.
Terbanyak kedua adalah Myanmar dengan total 153 dan ketiga adalah Somalia, 143 orang. Sisanya, tersebar dari negara lain seperti Sudan, Iran, Irak, Pakistan, Ethiopia, Srilanka, Palestina hingga Eritrea.
Togol menjelaskan, status pengungsi ditentukan oleh Badan Pengungsi Internasional atau UNHCR. Komisioner tinggi PBB khusus untuk pengungsi itu, menunjuk Indonesia sebagai negara tujuan sementara agar mereka dapat ditampung. Kota Makassar menjadi salah satu daerah yang diberikan mandat menampung para pengungsi. Khusus untuk biaya hidup pengungsi kata Togol, ditanggung sepenuhnya oleh IOM.
"Akomodasi semuanya, ongkos, makan, kesehatan untuk berangkat kemana-mana disediakan IOM. Konsorsium beberapa negara mengumpulkan dana untuk membiayai pengungsi-pengungsi ini," jelas Togol.
3. Sejumlah faktor penyebab pengungsi belum bisa lanjut ke negara tujuan
Togol mengungkapkan, ada beberapa faktor sehingga pengungsi belum mendapat kejelasan soal tujuan migrasi mereka. Misalnya, negara ketiga atau negara tujuan suaka biasanya menyeleksi ketat pengungsi yang akan mereka terima. Mereka lebih suka pengungsi dengan keahlian khusus.
"Negara ketiga akan memilih orang-orang yang cerdas yang punya keahlian. Misalnya ahli-ahli fisika atau dokter atau masih muda. Tapi kalau sudah tua, sakit-sakitan dan sebagainya, itu sudah tidak ada harapan untuk diterima oleh negara ketiga," katanya.
Karena lama menunggu, banyak pengungsi yang merasa bosan dan tidak tahan sehingga memilih pulang ke negara asal. Tapi pemulangan harus tetap mempertimbangkan kondisi dan situasi politik dan keamanan negara asal pengungsi. Jika dianggap belum aman, mereka disarankan untuk bertahan sementara waktu di pengungsian.
Baca Juga: Tak Ada Negara Tujuan, 2 Pengungsi Afganistan di Makassar Pilih Pulang
Sumber : https://sulsel.idntimes.com/news/sulsel/sahrul-ramadan-1/45-pengungsi-tinggalkan-makassar-selama-pandemik
Makassar.Online Kumpulan berita terkini harian Makassar dan Sekitarnya terbaru dan terlengkap dari berbagai sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.
Sosmed Kami