Makassar, IDN Times - Realitas sekolah daring di sejumlah daerah di Indonesia di tengah pandemik ternyata tak semuanya berjalan mulus. Banyak pengorbanan yang harus dilakukan siswa maupun orang tua siswa untuk menunjang kelancaran sekolah virtual ini.
Seperti yang dilakukan warga Kampung Tumpang, Kelurahan Maricaya Selatan, Kecamatan Mamajang, Kota Makassar ini. Mereka terpaksa memanfaatkan lahan pemakaman sebagai sekolah alternatif. Warga setempat mendirikan sarana bernama Balla Online di area pemakaman sebagai lokasi mengakses belajar daring atau online.
Balla Online jadi tempat menampung siswa kurang mampu di sekitar pekuburan agar bisa mengakses pelajaran sekolah secara virtual. Pengelola menyediakan koneksi internet gratis yang bisa digunakan untuk belajar. Selain itu, para siswa juga bisa mendapatkan pelajaran secara langsung.
"Selama proses belajar online saya bertanggung jawab untuk sediakan wifi gratis di sini. Memfasilitasi anak-anak kita di sini yang kurang mampu agar bisa belajar secara online," kata penanggung jawab Balla Online, Aiptu Paleweri kepada jurnalis di Makassar, Sabtu (8/8/2020).
1. Balla Online terbentuk berawal dari keprihatinan
Aiptu Paleweri sebagai penggagas Balla Online merupakan Bahabinkamtibmas di Kelurahan Maricayya Selatan, Polsek Mamajang. Hatinya tergerak setelah melihat beberapa anak-anak dari warga binaannya kesulitan mengakses internet untuk belajar online karena keterbatasan ekonomi.
Sekolah di area pemakaman umum Dadi mulai berdiri pada awal Juni 2020 lalu. Paleweri awalnya melempar gagasan ke warga sekitar, yang akhirnya direspons positif. Dia kemudian mendapatkan dukungan dan persetujuan dari pemerintah kelurahan, agar lahan kosong di kawasan pekuburan bisa dipakai untuk kegiatan belajar mengajar.
"Jadi hanya sebagian yang dimanfaatkan untuk mendirikan sekolah ini. Karena kita melihat di sini bagaimana supaya anak-anak ini bisa kembali belajar dalam kondisi seperti ini (pandemik). Pendiriannya tidak menghalangi kalau ada yang mau dimakamkan, juga tidak menghalangi kuburan yang sudah ada," kata dia.
Baca Juga: 2 Siswa di Sumedang Positif Corona, Jabar Tetap Gaspol Sekolah Dibuka
2. Warga memanfaatkan material berkas untuk mendirikan sekolah darurat Balla Online
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor's picks
Paleweri bersama warga sekitar mendirikan Balla Online bersama-sama. Mereka memanfaatkan material berkas untuk mendirikan bangunan semi permanen. Mulai atap seng bekas, pagar dari bambu bekas, hingga spanduk yang digunakan sebagai pembatas ruangan. Adapun bangku, meja hingga papan tulis didapatkan dari sumbangan.
Untuk wifi, Paleweri mengaku menggunakan dana pribadinya setiap bulan. Dia mengaku bahagia ketika melihat anak-anak di sekitar lingkungannya kembali belajar seperti biasa. Paleweri berharap Balla Online terus bertahan hingga kondisi memungkinkan anak-anak kembali ke sekolah.
"Karena keterbatasan lahan makanya berdirilah sekolah ini di kawasan TPU ini. Bahkan, sebagian makam masih berada di dalam bangunan tempat belajar anak-anak ini," ucap anggota Polsek Mamajang ini.
3. Menampung puluhan siswa mulai dari tingkat SD, SMP hingga SMA
Meski keadaan sekolah sederhana, namun aktivitas belajar mengajar di tempat ini berlangsung sebagaimana di sekolah. Sarana itu menampung puluhan siswa mulai dari tingkat SD, SMP hingga SMA.
"Murid SD 26 orang, 24 orang siswa SMP, 7 orang siswa SMA dan 4 orang anak yang putus sekolah ikut belajar bersama," Paleweri menyebutkan.
Karena area terbatas, maka penggunaan Balla Online dibagi dua gelombang. Pagi hingga siang untuk siswa SMP dan SMA, sedangkan sore untuk siswa SD. Tenaga pengajar adalah beberapa orang relawan di kampung setempat.
"Untuk siswa SD diajarkan oleh siswa lain, kakak-kakaknya yang dari SMA. Malam juga digunakan untuk pengajian," dia menambahkan.
Fasilitas internet gratis cukup bermanfaat bagi siswa yang membutuhkan untuk menyelesaikan tugas akhir sekolah. Seperti halnya yang dirasakan Reza dan Zubair. Kedua siswa kelas VIII SMP ini mengaku sangat terbantu dengan fasilitas belajar yang ada di Balla Online.
"Sangat membantu kita di sini sebagai siswa. Belajar tidak pakai kuota lagi, cari tugas sekolah sudah tidak khawatir ketinggalan pelajaran. Semoga sekolah sederhana kami ini terus ada," kata Zubair.
Baca Juga: Cegah Virus Corona, Pemerintah Siap Tes COVID-19 di Sekolah-Sekolah
Sumber : https://www.idntimes.com/news/indonesia/sahrul-ramadan-1/siswa-di-makassar-belajar-daring-di-kuburan-nasional
Makassar.Online Kumpulan berita terkini harian Makassar dan Sekitarnya terbaru dan terlengkap dari berbagai sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.
Sosmed Kami