Makassar, IDN Times - Kegigihan ratusan perempuan asal Pulau Kodingareng untuk menemui Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah, tidak berhenti. Usai berunjuk rasa sejak Kamis (13/8/2020) pagi, mereka masih tetap bertahan hingga malam ini di depan gerbang kantor Gubernur Sulsel.
"Pokoknya sampai Gubernur Nurdin Abdullah mau menemui kami di sini. Kami bertahan sampai kapan pun. Itu sudah menjadi tekad kami dari awal," kata Erna, salah satu ibu pengunjuk rasa saat berbincang dengan IDN Times di depan Kantor Gubernur Sulsel, Jalan Urip Sumoharjo, Makassar.
1. Ibu-ibu Pulau Kodingareng menagih janji Gubernur Nurdin Abdullah
Ratusan ibu yang tergabung dalam Aliansi Selamatkan Pesisir (ASP) berunjuk rasa menolak aktivitas penambangan pasir laut yang masuk dalam wilayah tangkap nelayan di perairan Kodingareng, Kecamatan Sangkarrang, Makassar. Aksi kali ini merupakan susulan dari aksi sebelumnya yang digelar di rumah jabatan gubernur.
Warga pulau hanya ingin menyampaikan langsung ke Nurdin Abdullah, bahwa penghidupan mereka terancam akibat aktivitas penambangan yang dilakukan perusahaan asal Belanda, PT Royal Boskalis. Mereka mendesak agar Nurdin Abdullah turun tangan menghentikan operasi pengerukan pasir laut untuk kepentingan proyek Makassar New Port.
"Ini sudah berapa kali kami dijanji. Katanya gubernur mau datang ketemu kami di pulau. Tapi apa, sampai detik ini dia (Nurdin Abdullah) tidak pernah datang. Hanya sekadar janji tidak pernah ditepati," ujar Erna.
2. Warga menduduki gerbang Kantor Gubernur hingga Nurdin Abdullah menemui langsung
Warga pulau lainnya, Fatma, mengaku sepanjang aksi yang digelar sejak pagi hingga malam ini, tidak satu pun pejabat pemerintah yang menemui mereka. Padahal, aksi ini menurutnya hanya untuk menyampaikan aspirasi dan tuntutan mereka langsung kepada Nurdin Abdullah selaku pejabat utama pemerintahan di Sulsel.
"Hanya itu yang mau kita ini kasian sampaikan. Tolong pak (Nurdin Abdullah) kasih berhenti itu tambang pasir di laut. Kami ini istri nelayan semakin sengsara mau hidup dari laut kalau laut rusak karena tambang," ungkap Fatma di lokasi yang sama.
Warga dengan tegas menyatakan akan tetap bertahan berhari-hari hingga Nurdin Abdullah menemui dan merealisasikan tuntutan mereka untuk menghentikan aktivitas tambang pasir. "Mau tiga, empat sampai satu minggu kami bertahan di sini. Sampai gubernur mau datang ketemu sama kami," tegasnya.
Baca Juga: Alasan Warga Pulau Kodingareng Usir Kapal Penambang Pasir Laut
3. Logistik selama aksi pendudukan hasil solidaritas sesama warga Kodingareng
Pantauan IDN Times di lokasi, ibu-ibu ini membawa serta sejumlah anak mereka. Di depan gerbang Kantor Gubernur Sulsel, mereka melengkapi diri dengan peralatan seadanya. Terpal sederhana, spanduk, hingga pataka aksi digunakan sebagai alas untuk mereka beristirahat dan tidur demi mengumpulkan energi untuk melanjutkan aksi keesokan harinya.
Mereka juga membawa kebutuhan logistik, seperti nasi, air minum, dan beberapa perlengkapan serta kebutuhan lainnya. Persiapan itu didapatkan dari hasil sumbangan sukarela warga pulau lainnya sebelum mereka berangkat menuju ke titik aksi di kantor gubernur.
Upaya mereka untuk bertahan dan menginap di depan kantor, dikabarkan sempat mendapat kecaman dan intimidasi dari preman. "Ada berapa orang tadi yang dekati kita, suruh jangan di sini. Karena katanya mengganggu," imbuh Sarni, juga seorang ibu dari Kodingareng
Ibu-ibu Pulau Kodingareng menegaskan, niat mereka berjuang untuk mempertahankan hak hidup tidak bisa ditawar hingga gubernur menepati janjinya menemui mereka dan menghentikan operasi tambang pasir laut.
Baca Juga: Emak-emak Pulau Cari Nurdin Abdullah, Minta Tambang Pasir Laut Disetop
Sumber : https://sulsel.idntimes.com/news/sulsel/sahrul-ramadan-1/pak-nurdin-emak-emak-pulau-nginap-depan-kantor-gubernur-temui-dong
Makassar.Online Kumpulan berita terkini harian Makassar dan Sekitarnya terbaru dan terlengkap dari berbagai sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.
Sosmed Kami