Dunia sedang dihebohkan isi ceramah seorang pendakwah, Ustaz Zainal Abidin LC. Ustaz satu ini memang agak lain dari yang lain. Kalau kebanyakan penceramah agama membahas tafsir Alquran untuk topik ceramah, Zainal Abidin malah menggelar pengajian dengan melakukan tafsir terhadap syair lagu anak-anak.
Kita ikuti kajian tafsir Ustaz Zainal Abidin:
"Anak kecil, sejak umur 3 aja sudah dilatih untuk benci Islam. Balonku ada lima, rupa-rupa warnanya, yang meletus balon apa? Yang meletus apa? Hijau. Hatiku sangat kacau, lho, Islam itu bikin kacau aja. Tinggal empat pegang erat-erat, apa? Merah, kuning...."
Tentu saja sehabis mendengar pengajiannya, kepala Anda akan berkerut, uban bertambah, jenggot memanjang, dan celana naik ke atas. Itu adalah reaksi standar ketika mendengar paparan keren dari Ustaz Zainal Abidin.
Sayangnya hanya dua lagu anak-anak yang dikuliti Zainal Abidin. Padahal kalau kita mau telusuri dengan menggunakan logika Zainal, masih banyak lagu lain yang berpotensi menjauhkan anak-anak dari agama.
Coba saja mendengar lagu, "Lihat kebunku, penuh dengan bunga...." Bayangkan, sejak kecil anak-anak sudah diajarkan mencintai bunga. Apakah mereka tidak sadar bahwa bunga adalah riba dan riba hukumnya haram.
Kalau kebanyakan penceramah agama membahas tafsir Alquran untuk topik ceramah, Zainal Abidin malah menggelar pengajian dengan melakukan tafsir terhadap syair lagu anak-anak.
Ada lagi lagu yang bisa diindikasikan mengajarkan anak-anak membenci poligami. Ini misalnya ada dalam syair lagu Ibu Kita Kartini. Masalahnya pada lagu tersebut, nama ibu yang disebutkan hanya Kartini. Ibunya cuma satu. Kenapa tidak dinyanyikan misalnya, Ibu Kita Kartini dan Jamila, dan Ineke, dan Chintya? Lagu itu jelas-jelas mengajarkan anak-anak untuk membenci poligami sejak kecil.
Bahkan ada lagu yang paling merusak akhlak anak-anak Indonesia. Syairnya berbunyi, "Diobok-obok airnya diobok-obok. Ada ikannya kecil-kecil pada mabok." Lagu ini mengajarkan ikan-ikan, meskipun masih kecil, untuk suka mabok. Tidak dijelaskan, apakah ikan tersebut mabuk darat, mabuk laut atau mabuk udara. Sementara sampai akhir lagu tersebut, tidak juga disampaikan bagaimana mengurangi dampak ikan mabuk dengan meminum Antimo.
Terakhir mari kita dengar lagu yang dipopulerkan Tasya Kamila beberapa waktu lalu, judulnya Aku adalah Anak Gembala. Jelas saja lagu ini menjauhkan anak-anak dari agama. Sebab, masih kecil anak-anak sudah diajarkan menjadi anak gembala. Bukannya menjadi anak soleh dan solehah.
Kecurigaan pada syair lagu anak-anak ini sebagai usaha kristenisasi, rupanya juga mengherankan umat Kristen sendiri. Selama ini mereka sendiri tidak pernah sanggup berpikir seperti lelaki yang punya kegemaran keramas jenggot ini.
Kemampuan Zainal sebagai ahli tafsir lagu anak-anak perlu mendapat apresiasi dari UNICEF dengan menganugerahkan sebuah medali perunggu. Para jemaah Zainal Abidin tentu saja hanya sanggup manggut-manggut mendengar ceramah yang mencerahkan itu.
Mungkin saja jemaah yang cocok mendengarkan ceramah model Zainal Abidin ini adalah orang-orang yang perilakunya sehari-hari mirip acara Indosiar. Pagi sinetron Azab, siang Azab, sore Azab. Saat malam, dangdutan.
*Pegiat Media Sosial
Baca tulisan opini lain:
Berita terkait
Sumber : https://www.tagar.id/ustaz-zainal-abidin-lagu-balonku-ajari-anak-benci-islam
Makassar.Online Kumpulan berita terkini harian Makassar dan Sekitarnya terbaru dan terlengkap dari berbagai sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.
Sosmed Kami