Magelang - Kuliner khas Magelang yang satu ini memiliki nama dan bentuk unik. Namanya potil, makanan sejenis camilan. Bentuknya bulat dengan lubang di tengah ini hanya didapatkan di Magelang dan sekitar.
Memiliki rasa gurih, asin, potil sangat digemari para penyuka kudapan. Camilan ini biasa menjadi makanan pelengkap di antara kue Lebaran yang tersaji di rumah warga Magelang.
Dan keunikan lain, makanan ini tergolong mudah beradaptasi sebagai makanan pelengkap di segala suasana. Contohnya, untuk pelengkap bakso, soto, mie ayam, dan lainnya. Karena itu, Potil banyak ditemukan di berbagai acara, tak terkecuali di saat hari raya Idul Fitri.
Di luar Magelang tidak ada yang jual potil.
Konon, potil yang ciri khasnya keras namun membuat ketagihan ini mampu mematahkan gigi atau dalam bahasa Jawa membuat gigi potel atau patah. Tapi seiring perkembangan kuliner, potil tak lagi identik sebagai cemilan yang keras, beralih menjadi renyah, tergantung ketrampilan pembuatnya.
Camilan potil berbahan dasar ketela pohon yang banyak sekali dijumpai di pasar maupun kebun-kebun di Magelang. Dalam pembuatannya, ketela ini dibumbui dengan sejumlah rempah-rempah, seperti ketumbar, bawang putih, dan garam.
Cara pembuatan potil agak ribet dan memerlukan waktu cukup lama. Dimulai dari ketela pohon yang diparut, kemudian didiamkan beberapa lama hingga agak lembek.
Parutan ketela yang lembek tersebut kemudian dicampur bumbu-bumbu yang sudah dihaluskan. Setelah tercampur, baru kemudian dibentuk sedemikian rupa hingga berupa bulatan kecil dengan lubang di tengah.
Lamanya pembuatan potil karena makanan ini dibentuk satu per satu. Biasanya, perajin menggunakan bambu kecil atau dalam bahasa Jawa dikenal dengan nama carang untuk memudahkan proses pembentukan. Bisa juga dengan kayu silinder dengan diameter 1satu hingga dua sentimeter, tergantung seberapa besar potil akan dibuat.
Cara membuatnya, ambil adonan potil yang sudah siap, bentuk bulat memanjang. Adonan memanjang tersebut dililitkan di bambu atau kayu silinder yang sudah disiapkan. Setelah kedua sisi adonan saling bertautan, pipihkan hingga agak tipis. Lalu sisihkan potil tersebut, dan teruskan membentuk potil hingga bahan habis.
Potil mentah yang sudah dibentuk kemudian digoreng di minyak panas. Proses penggorengan tidak terlalu lama, umumnya menggoreng makanan lain. Cukup sampai potil berubah warna menjadi kecokelatan, tiriskan dan siap disajikan.
Miatul, 43, salah satu penjual potil mengaku telah berjualan cemilan ini sejak beberapa tahun silam. Menurutnya, potil memiliki tempat tersendiri di hati warga Magelang karena rasa dan keunikannya.
"Kalau hari raya Idul Fitri seperti sekarang, banyak warga Magelang yang ada di luar daerah pesan. Di luar Magelang tidak ada yang jual potil," kata Miatul.
Sebagai penjual potil, dirinya telah merasakan berbagai cita rasa camilan tersebut berdasarkan kemampuan pembuatnya. "Rasa potil tidak sama karena racikan tangan berbeda. Ada yang atos (keras), ada yang renyah. Ada yang rasanya biasa, ada yang gurih, ketumbarnya terasa," katanya.
Dari sekian banyak perajin potil, Miatul mengaku lebih sering berlangganan dari warga Desa Glagahombo, Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang.
"Potil dari sana renyah, gurih, bumbu ketumbarnya terasa. Pembeli juga sering ketagihan dan minta untuk dibelikan potil yang sama," tuturnya.
Soal harga, potil dibaderol dengan harga Rp 35 ribu hingga Rp 40 ribu per kilogramnya. Potil dapat dijumpai di berbagai toko makanan, oleh, kios, bahkan hingga warung kelontong.
Dan untuk menambah semarak suasana kumpul dengan keluarga di hari raya Idul Fitri ini, tidak ada salahnya mencoba mengisi toples dengan camilan khas Magelang. Rasanya yang unik dijamin akan membuat ketagihan. []
Baca juga:
Berita terkait
Sumber : https://www.tagar.id/potil-camilan-lebaran-unik-khas-magelang
Makassar.Online Kumpulan berita terkini harian Makassar dan Sekitarnya terbaru dan terlengkap dari berbagai sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.
Sosmed Kami