Pasien Positif Covid-19 Imbau Masyarakat Tetap di Rumah


KabarMakassar.com — Redaksi Kabar Makassar kembali menggelar diskusi online seri ke-4 dengan mengambil tema "Melawan Stigma Covid-19", Minggu (12/4). Kegiatan itu menghadirkan pembicara antara lain Humas RS Wahidin Sudirohusodo Makassar Dewi Rizki Nurmala. Kemudian ada Caecilia Kapojos yang memiliki keluarga pasien Covid-19 dan Chika Mailoa pasien positif Covid-19.

Pada kesempatan itu, Dewi Rizki Nurmala menjelaskan bagaimana tim medis sebagai garda terdepan bekerja untuk melawan Covid-19. Ia mengatakan jika tenaga medis pada sejumlah rumah sakit harus bekerja ekstra. Karena itu, ia meminta doa seluruh masyarakat agar para pahlawan itu dapat bekerja dengan baik.

"Sebagai garda terdepan dalam melawan Covid-19, para tenaga medis yang ada di RS Wahidin maupun di rumah sakit lain tentu akan bekerja profesional. Bantulah para tenaga medis kita dengan tetap berada di rumah, jika terpaksa harus keluar yah pakai masker dan rajin cuci tangan," kata Dewi.

Ia menjelaskan bahwa penyebaran Covid-19 tidak mengenal usia. Tapi, kata dia, paling rentan kelompok Lanjut Usia (Lansia). "Kalau melihat trend-nya memang paling banyak terkena itu kelompok Lansia, apalagi di atas 50 tahun. Maka dari itu perlu penangan secara khusus pada Lansia ini," jelasnya.

Walau demikian, ia meminta kepada para remaja dan anak muda untuk tetap tinggal di rumah. Menurutnya, sikan dan tindakan dengan berdiam di rumah itu telah menjadi pahlawan melebihi para tenga medis. "Tinggallah di rumah, itu sudah membantu. Bagi yang tinggal di rumah itu adalah pahlawan karena telah menahan penyebaran, apalagi sekarang ada Orang Tanpa Gejala (OTG)," katanya.

Ia pun menghimbau kepada masyarakat agar tidak menolak pemakaman jenazah positif Covid-19. Menurutnya, pihak rumah sakit telah menjalankan prosedur kesehatan kepada jenazah positif Covid-19. "Jadi jenazah sebelum dimakamkan itu sudah melalui prosedur. Ada tujuh lapisan dari jenazah itu sehingga tidak mungkin menular. Dan Covid-19 dalam jenazah itu juga telah mati bersamaan dengan inangnya," jelasnya.

Sementara itu, Caecilia Kapojos menjelaskan bagaimana sulitnya merawat ibunya yang positif Covid-19. Apalagi, kata dia, ketika dilakukan isolasi mandiri di rumah dan harus bersentuhan langsung karena harus memegang ibunya ketika akan berdiri dan menyiapkan makanan dan segala keperluan lainnya.

"Tanggal 27 ibu saya dinyatakan positif Covid-19, maka saya panik langsung berangkat ke Makassar. Karena saya domisili Jakarta. Setelah dilakukan perawatan beberapa hari di rumah sakit, pada 30 Maret dibolehkan pulang dan diisolasi mandiri. Disini saya betul-betul kerepotan karena harus bersentuhan langsung. Tapi syukurnya saya tidak terinfeksi," kata Caecilia.

Ia mengaku sangat bersyukur memiliki tetangga yang toleran sehingga sangat terbantu ketika melakukan isolasi mendiri di rumah. Menurutnya, seluruh tetangganya berperan aktif dalam melakukan pencegahan di perumahan. Terutama, kata dia, Ketua RT dan RW tempatnya tinggal sangat membantu terutama dalam melakukan penyemprotan desinfektan.

"Keluarga dan tetangga sangat baik dan toleran. Mereka semua membantu saya dan keluarga selama melakukan isolasi mandiri di rumah. Bahkan, ketika saya tidak bisa keluar rumah, para tetanggalah yang belanja keperluan saya. Kemudian mereka menyimpan di depan rumah, ketika mereka sudah menjauh barulah saya ambil belanjaan itu," jelasnya.

Karena itu, ia berharap agar masyarakat juga tidak melakukan stigmatisasi terhadap pasien positif Covid-19 dan keluarganya. "Baiknya kita saling mendukung, apalagi ketika pasien positif itu Lansia. Butuh perhatian terutama dari keluarga. Maka baiknya menghindari untuk menjustifikasi kami kelurga pasien positif," jelasnya.

Sementara Chika Mailoa menceritakan bagaimana dirinya terpapar Covid-19. Awalnya, kata dia, ibunya yang mengalami sakit seperti demam dan batuk. Menurutnya, dirinya bersama keluarga belum berpikir jika ibunya terkena Covid-19 karena masih berpikir jika sakitnya tersebut masih biasa dan kurang istirahat.

"Awalnya sih ibu yang sakit. Dan gejalanya itu demam dan batuk kemudian susah untuk bernafas. Setelah beberapa hari, saya juga ikut sakit dan gejalanya sama persis dengan ibu. Saya sulit bernafas ketika itu. Dan pada 25 Maret saya ke rumah sakit dan diopname. Ibu sendiri diopname itu sejak 19 Maret. Tanggal 30 Maret saya sama ibu dinyatakan postifi Covid-19," kata Chika.

Saat ini, kata dia, dirinya masih menjalani isolasi di rumah sakit. Sementara, kata Chika, ayahnya dinyatakan negatif setelah melakukan test pada 2 April lalu. "Saya saat ini masih menjalani isolasi di rumah sakit. Syukurnya, tes terakhir saya sudah dinyatakan negatif tapi tetap mengikuti arahan tim medis untuk isolasi. Kalau untuk ayah itu hasilnya negatif," ujarnya.

Ia pun sangat mengapresiasi tim medis yang bekerja sebagai garda terdepan dalam melawan Covid-19. Menurutnya, tim medis yang selama ini merawatnya sangat peduli dan bekerja secara profesional. "Saya ingin mengucapkan terimakasih kepada tenaga medis. Selama saya diisolasi mereka selalu profesional," katanya.

Terkait dengan banyaknya masyarakat yang masih berkerumun dan berkelompok, Chika mengaku sangat miris. Menurutnya masih banyaknya warga dan masyarakat yang tidak mendengar imbauan dari pemerintah untuk sementara tidak keluar rumah karena mereka belum merasakan bagaimana rasanya ketika menjadi pasien positif Covid-19.

"Saya kira mirislah melihat masyarakat yang tidak mendengar imbauan pemerintah. Saya telah merasakan sendiri bagaimana rasanya menjadi pasien positif Covid-19. Kita harus menjalani isolasi di rumah sakit dan lain-lain. Bagaimana rasanya sulit untuk bernafas dan fungsi indra penciuman kita menurun dan lain sebagainya," pungkasnya.



Sumber : https://www.kabarmakassar.com/pasien-positif-covid-19-imbau-masyarakat-tetap-di-rumah/

Makassar.Online Kumpulan berita terkini harian Makassar dan Sekitarnya terbaru dan terlengkap dari berbagai sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.