Angka Kematian Tenaga Medis Indonesia Akibat Covid 19 Tertinggi di Asia


KabarMakassar.com — Puluhan dokter dan perawat di sejumlah Rumah Sakit yang ada di beberapa daerah, gugur akibat ikut terinfeksi setelah menangani pasien yang terpapar virus Corona (Covid-19).

Humas Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Elizabeth Swanti mengatakan, beerdasarkan informasi yang diterima PB IDI, hingga Ahad (5/4) setidaknya ada 18 dokter umum dan spesialis, 5 dokter gigi, dan 6 perawat yang meninggal dunia.

"Angka kematian para tenaga medis di Indonesia (akibat ikut terinfeksi Covid-19) ini merupakan yang tertinggi di Asia, dan nomor 2 tertinggi di dunia setelah Italia," kata Elizabeth, Senin (6/4).

Sebelumnya, Humas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Makassar, dr Wachyudi Muchsin mengatakan, minimnya alat pelinding diri (APD) menjadi salah satu faktor utama banyaknya tenaga medis yang menjadi korban dalam menangani dan merawat pasien Covid-19.

Olehnya itu, ia berharap hal ini menjadi perhatian pemerintah agar secepatnya dapat memenuhi kebutuhan APD bagi para tenaga medis.

"Seperti yang sering IDI Makassar tekankan, bahwa pemerintah harus segera mungkin untuk bisa memenuhi APD bagi dokter dan paramedis. Karena kalau begini terus (minim APD) angka kematian dokter dan tenaga medis lainnya akan terus bertambah," kata Wachyudi.

Tak hanya itu, Wachyudi juga mengungkapkan, selain keterbatasan APD, faktor lain yang juga menyebabkan banyaknya dokter dan tenaga medis meninggal karena ikut terinfeksi Covid-19 adalah kurangnya keterbukaan dari pasien.

"Banyak pasien yang tidak jujur kalau pernah bepergian ke daerah pandemi Covid-19 atau pernah bersentuhan dengan pasien Covid-19. Mereka datang ke Puskesmas atau Rumah Sakit dengan diagnosa bukan Covid-19, padahal sebenarnya Covid-19. Akhirnya dokter kena juga karena pasien tidak terbuka," ujarnya.

Meski begitu, Wachyudi juga memahami bahwa sebagian masyarakat melakukan hal itu lebih disebabkan karena ketidakpahaman.

"Ada beberapa hal, diantaranya ketidakpahaman masyarakat ditambah juga faktor keras kepala. Sehingga banyak PDP atau ada stigma masyarakat bahwa Covid-19 ini aib. Padahal kan tidak seperti itu, semua orang bisa kena kalau tidak berhati-hati dan tidak menerapkan pola hidup bersih dan sehat," jelasnya.

Terpisah, Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) periode 2006-2010 dan 2010-2014, Prof. Idrus Paturusi, salah satu pasien positif Covid-19 di Sulsel yang sudah dinyatakan sembuh, meminta seluruh pihak termasuk pasien bisa bersikap terbuka dan berbesar hati menghadapi wabah Virus Corona (Covid-19) ini.

Menurut Prof. Idrus, keterbukaan dan kebesaran hati para pasien yang terpapar virus ini untuk mengungkapkannya ke publik menjadi sesuatu yang sangat penting untuk bisa memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

"Dampak dari keterbukaan para pasien Covid-19 ini akan sangat besar dalam memutus rantai penyebaran virus tersebut," kata Prof. Idrus melalui rekaman video tersebut.

Prof. Idrus mencontohkan seperti yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Gowa, yang bisa bertindak cepat dalam dalam memutus rantai penyebaran Covid-19 di wilayahnya. Dimana salah satu faktor pendukungnya adalah keterbukaan dirinya menyampaikan ke pemerintah dan publik bahwa statusnya sebagai seseorang yang telah dinyatakan positif terinfeksi Covid-19.

"Alhamdulillah, saya melihat kesigapan tim dari Sulawesi Selatan dan saya kira cukup bagus, utamanya tim dari Bupati Gowa. Sebelum saya dinyatakan menderita virus, mereka tahu bahwa saya di kebun. Mereka datang menyemprot rumah, kemudian memeriksa orang-orang yang diperkirakan melakukan kontak dengan saya. Ini adalah tindakan yang saya kira luar biasa," ujarnya.

Berikut data 18 dokter umum dan spesialis yang dilaporkan meninggal dunia karena positif maupun yang berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Covid-19 yang diterima PB IDI hingga Ahad (5/4):

  1. Prof. DR. dr. Iwan Dwi Prahasto (GB FK UGM)
  2. Prof. DR. dr. Bambang Sutrisna (GB FKM UI)
  3. dr. Bartholomeus Bayu Satrio (IDI Jakarta Barat)
  4. dr. Exsenveny Lalopua, M.Kes (Dinkes Kota Bandung)
  5. dr. Hadio Ali K, Sp.S (Perdossi DKI Jakarta, IDI Jaksel)
  6. dr. Djoko Judodjoko, Sp.B (IDI Bogor)
  7. dr. Adi Mirsa Putra, Sp.THT-KL (IDI Bekasi)
  8. dr. Laurentius Panggabean, Sp.KJ (RSJ dr. Soeharto Herdjan, IDI Jaktim)
  9. dr. Ucok Martin Sp. P (Dosen FK USU, IDI Medan)
  10. dr. Efrizal Syamsudin, MM (RSUD Prabumulih, Sumatera Selatan, IDI Cabang Prabumulih)
  11. dr. Ratih Purwarini, MSi (IDI Jakarta Timur)
  12. Laksma (Purn) dr. Jeanne PMR Winaktu, SpBS di RSAL Mintohardjo. (IDI Jakpus)
  13. Prof. Dr. dr. Nasrin Kodim, MPH (Guru besar Epidemiologi FKM UI)
  14. Dr. Bernadetta Tuwsnakotta Sp THT meninggal di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo (IDI Makassar)
  15. DR.Dr. Lukman Shebubakar SpOT (K) Meninggal di RS Persahabatan (IDI Jaksel)
  16. Dr Ketty di RS Medistra (IDI Tangsel)
  17. Dr. Heru S. meninggal di RSPP (IDI Jaksel)
  18. Dr. Wahyu Hidayat, SpTHT meninggal di RS Pelni (IDI Kab. Bekasi).


Sumber : https://www.kabarmakassar.com/angka-kematian-tenaga-medis-indonesia-akibat-covid-19-tertinggi-di-asia/

Makassar.Online Kumpulan berita terkini harian Makassar dan Sekitarnya terbaru dan terlengkap dari berbagai sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.