Kasus Kematian Yunus dan Ketakutan Mahasiswa Papua di Makassar


"Kami datang tidak punya keluarga, tapi kami berharap keluarga kami adalah orang-orang Sulawesi,"

Aksaraintimes.id Yus Yunus (25), pemuda asal Polewali Mandar, Sulawesi Barat tewas diamuk massa di Jalan Raya Trans Papua, Kabupaten Dogiyai, Papua pada 23 Februari 2020 lalu. Ia dikeroyok karena dituding telah menabrak seekor babi dan warga setempat hingga tewas. Ironisnya, Yunus tewas meskipun ada tujuh aparat kepolisian yang berada di tempat kejadian.

Kabar kematian Yunus dengan segera tersebar luas, terutama di media sosial. Kecaman dari berbagai pihak muncul satu persatu, ada yang menghardik pembunuhan itu, ada juga yang menyalahkan pihak polisi. Namun sayangnya, kecaman ini juga kerap diwarnai sentimen rasial atas etnis Papua.

Dalam akun Twitter @zarazettirazr yang mengunggah video pembunuhan itu, sejumlah netizen melayangkan komentar rasis disertai dengan ancaman kepada orang Papua. Akun @sirqieee misalnya: "Ntar dikatain monyet, marah-marah lagi, nuntut mau lepas dari NKRI lg.. Tp kelakuannya kek gini.. Polisinya juga ga bisa bertindak tegas pula.. GOBLOK!!!," komentarnya.

Sementara pemilik akun @Erdahlan1 berkomentar, "Semoga tidak ada warga kalian yg berbuat salah di Makassar dan sekitarnya, sehingga ia diperlakukan seperti yg kalian perbuat disana… Salam dari Makassar," tulisnya. "Tunggu Saja Dendamnya Orang Sulawesi!!!" tulis pemilik akun @MattDav88955383.

Di Makassar, ormas yang mengatasnamakan Sulawesi Bersatu sempat mendatangi asrama Papua di Jalan Lanto Dg. Pasewang, Kecamatan Ujung Pandang, Makassar sehari setelah kejadian. Beruntung, polisi sudah ada sebelum kedatangan mereka. Ormas yang berjumlah sekitar 20-an orang itu langsung diminta untuk pergi.

Tapi baiknya, tak semua kelompok masyarakat ikut terseret isu sara tersebut. Seperti yang dilakukan Aliansi Masyarakat Polewali Mandar dan Kerukunan Keluarga Mandar Sulbar, mereka menuntut hanya pada penyelesaian kasus secara hukum. Mereka pun mendesak kepada Kapolri dan Kapolda Papua untuk menangkap pelaku pembunuhan.

Trauma atas Penyerangan Asrama Papua

Jhon Gobai, dari Aliansi Mahasisa Papua (AMP) saat ditemui di asrama Papua di Jalan Sukaria, Kecamantan Panakukkang, Jumat (7/3/2020) mengatakan, sesaat setelah kasus Yunus mencuat ke publik, mahasiswa-mahasiswa Papua di Makassar mulai harap-harap cemas. Mereka khawatir jika kasus itu disangkut pautkan kepada mereka yang tinggal di Makassar.

Di hari yang sama saat berita Yunus tersebar, kata Jhon, dengan segera mereka semua berkumpul di sejumlah asrama Papua yang ada di Makassar. Mereka berkumpul terutama dari mahasiswa Papua yang tinggal di pondokan.

Ketakutan mulai menyelimuti mereka. Hari-hari pertama itu, mereka was-was untuk keluar dari asrama. Bahkan, kata Jhon, teras depan asrama yang biasanya menjadi tempat nongkrong, mereka juga tak berani keluar.

"Jangan sampai ada serangan, jangan sampai kita diserang, itu tiga hari kawan-kawan dari kos-kosan itu semua ngumpul di asrama," ucapnya. "Ketakutan, nanti tiba-tiba ada warga yang serang."

Ia mengatakan, sebenarnya tak ada ancaman yang mereka dapati dari warga Makassar sendiri, hanya saja komentar-komentar rasial disertai ancaman sering mereka baca di media sosial. Kata John, komentar yang bernada miring kepada etnis Papua itu secara tidak langsung buat mereka khawatir. Apalagi, penyerangan asrama Papua di Jalan Lanto Dg. Pasewang oleh ormas pada Agustus 2019 lalu masih berbekas di benak mereka.

Saat itu, Jhon bercerita, selang beberapa hari setelah penyerangan asrama Papua, banyak mahasiswa Papua di Makassar buru-buru untuk pulang kampung. Jhon memperkirakan, ada sekitar 60 persen mahasiswa Papua memilih pulang karena takut adanya bentrok lanjutan saat itu. Mereka meninggalkan kuliah mereka yang masih berjalan setengah semester.

Baru di awal tahun ini, mahasiswa yang pulang itu mulai kembali ke Makassar untuk melanjutkan kuliah. Hanya saja dengan adanya kasus Yunus ini, mereka kembali diselimuti ketakutan. Ketakukan itu semakin menjadi-jadi karena diantara mereka tersebar rekaman audio yang isinya meminta mahasiswa Papua untuk tidak keluar-keluar sementara waktu.

"Orang Papua jangan dulu keluar malam, ini orang-orang Makassar mau balas dendam," ucap John meniru rekaman yang tersebar itu.

Meski begitu, ia bersyukur karena sejauh ini tak ada warga Makassar yang terprovokasi. Ia mengatakan, situasi di asrama Papua sendiri mulai kondusif, mahasiswa Papua yang sebelumnya ada di asrama juga sudah kembali ke indekos masing-masing.

Nilai Warga Sulsel Utamakan Kerukunan

Ketua Umum Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Papua Barat (HPM-PB), Rustam Kambori merasa lega karena warga Sulawesi karena tak terprovokasi dengan kasus Yunus. Menurutnya, warga Sulsel masih mengedepankan nilai-nilai kerukunan sehingga tidak ada kejadian yang tak diharapkan. Jika pun ada yang bertindak sentimen, menurutnya itu hanyalah oknum yang sama sekali tak mewakili warga Sulawesi.

Begitu juga sewaktu penyerangan asrama Papua akhir tahun lalu. Katanya, pemerintah daerah telah bertindak sigap dengan melindungi mereka dan memberi pemahaman baik kepada masyarakat atas kemajemukan di Indonesia.

Ia bercerita, setelah penyerangan itu, pihaknya dan kawan-kawan Papua lain diundang pihak Pemkot Makassar untuk bertemu. Saat itu disampaikan kepada Kambori, bahwa siapapun dan dari suku manapun yang tinggal di Kota Makassar, maka itu dianggap sebagai orang Makassar. Ia pun mengharapkan kepada warga Sulawesi untuk juga menganggap mereka sebagai keluarga.

"Kami datang tidak punya keluarga, tapi kami berharap keluarga kami adalah orang-orang Sulawesi. Sehingga kami sampai di sana, walaupun jauh dari keluarga, tapi kami yakin ada keluarga kita di sana," ucap Kambori saat dihubungi, Kamis (6/3/2020).

Ia menekankan, warga Papua cinta damai. Tindakan di luar hukum seperti yang menimpa Yunus itu sama sekali tak mewakili warga Papua. Katanya, itu hanya oknum yang tak bertanggung jawab. Dengan adanya kasus ini pula, ia tetap mengharapkan mahasiswa Papua di Makassar dapat belajar dengan tenang seperti hari-hari biasanya.

"Semoga Makassar tetap jadi cermin yang baik. Apapun yang terjadi di wilayah Papua, kami punya harapan jangan dilibatkan dengan mahasiswa yang ada di Makassar, mereka jelas tidak tau persoalan," tutupnya.

Penulis: Amri N. Haruna

Editor: Dian Kartika



Sumber : https://aksaraintimes.id/kasus-kematian-yunus-dan-ketakutan-mahasiswa-papua-di-makassar/

Makassar.Online Kumpulan berita terkini harian Makassar dan Sekitarnya terbaru dan terlengkap dari berbagai sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.