Makassar, IDN Times - "Apa sih yang terlintas di dalam benak saat mendengar kata 'perpustakaan'?", tanya Tulus Wulan Juni, pustakawan penggagas Sentuh Pustaka, saat berbicara di hadapan peserta diskusi --kebanyakan di antaranya adalah guru SD hingga SMA-- yang hadir di Kantor BaKTI Makassar, Jalan Mappanyukki, pada Kamis (20/2) kemarin.
Beragam celetukan pun datang dari mulut para peserta. Mulai dari buku teks pelajaran, rak penuh rayap, gelap hingga minim fasilitas. Ya, perpustakaan seolah masih erat dengan kondisi kuno lagi membosankan. Padahal, label garda terdepan upaya mencerdaskan bangsa tersemat pada perpustakaan.
Berangkat dari upaya mengubah citra perpustakaan, Tulus Wulan Juni dan Dinas Perpustakaan Kota Makassar mulai menggagas program yang menyasar sekolah-sekolah di seluruh Kota Daeng. "Namanya adalah Sentuh Pustaka, singkatan dari Semua Membantu Menghidupkan Perpustakaan," lanjut pria kelahiran Sidomukti, Luwu Utara, 2 Juni 1979 tersebut.
1. Dinas Perpustakaan Kota Makassar coba mengubah citra ruang baca di sekolah lewat program Sentuh Pustaka
Apa saja yang dilakukan Sentuh Pustaka ini? "Kami adalah kegiatan suplemen yang hadir untuk membina perpustakaan. Ada dua pihak terlibat yakni Tim Pembina Perpustakaan Sekolah sebagai unsur internal. Serta kelompok pustakawan, pegiat literasi, mitra penerbit hingga pimpinan sekolah sebagai unsur eksternal," papar Tulus.
Tulus, bersama Sentuh Pustaka, mulai mendatangi sejumlah sekolah untuk menata ulang perpustakaan. Mulai dari rak buku, fasilitas, pembinaan terhadap pustakawan sekolah, upaya komputerisasi, penambahan fitur multimedia dan masih banyak lagi. Tulus percaya bahwa sudah saatnya bayang-bayang perpustakaan sebagai ruangan membosankan dibuang jauh-jauh.
"Umumnya, perpustakaan ini dijauhi murid-murid karena kondisinya kurang menarik. Kami melakukan revitalisasi besar-besaran untuk sekolah yang kami datangi."
Tim Sentuh Pustaka sendiri hanya hitungan jari dan melibatkan orang-orang lintas instansi, mulai dari birokrasi hingga perguruan tinggi. Namun kedatangan mereka ibarat sebuah durian runtuh.
2. Sentuh Pustaka melakukan revitalisasi besar-besaran agar sesuai Standar Nasional Perpustakaan
Lantas, apa saja yang dilakukan tim Sentuh Pustaka? Hal paling pertama mereka periksa adalah rak buku. Mereka mendapati banyak buku sudah lapuk dimakan rayap lantaran kondisi rak --umumnya terbuat dari kayu-- yang juga senasib. Alhasil, rak-rak di perpustakaan dikembalikan kepada trahnya sebagai tempat buku-buku berdiam diri, bukan sebagai kediaman koloni serangga pemamah biak.
"Setelah mengganti rak, kami melakukan inventarisasi ulang. Buku-buku disortir ulang berdasarkan kategori. Kemudian kami menata ulang desain perpustakaan agar para siswa nyaman beraktivitas di dalam. Mulai dari kursi dan meja, diperbaharui. Tak lupa, fitur multimedia di mana murid bisa menggunakan internet lewat wi-fi yang turut terpasang," papar Tulus.
Salah satu yang sudah disambangi oleh Sentuh Pustaka adalah SMPN 1 Makassar yang sudah menjalankan Standar Nasional Perpustakaan dan UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. "Ada tiga hal penting di sini. Kolaborasi, revitalisasi dan komputerisasi. Semua pihak harus terlibat untuk mengubah perpustakaan yang kita miliki," lanjutnya.
Baca Juga: Aroma Khas Buku-buku Lama di Perpustakaan Kota Makassar
3. Kehadiran Sentuh Pustaka diharapkan menjadi fondasi awal untuk meningkatkan budaya membaca di Kota Makassar
Muncul pertanyaan sederhana, apa yang membuat sekolah di Makassar seolah masih memandang sebelah mata perpustakaan? "Hal paling mendasar adalah kebingungan kepala sekolah untuk menentukan seperti apa perpustakaan dibina. Mulai dari cara hingga apa yang bisa dimaksimalkan. Mereka pula yang harus berkomitmen dalam program ini," ujar Tulus yang juga menjabat Humas Disputaka Makassar.
Digagas sejak tahun 2018, upaya pemerintah Kota Makassar ini mulai mendapat pengakuan. Sentuh Pustaka menyabet Juara 1 Lomba Inovasi tingkat Kota Makasar pada 2019 kemarin. Dengan tim seadanya, mereka sudah turut serta dalam membangun budaya literasi bagi anak-anak dan remaja. Berkat program ini, sudah ada 10 sekolah di Kota Makassar yang telah memenuhi Standar Nasional Perpustakaan. Sebelumnya? Hanya dua.
Lantas, apa harapan Tulus bersama Sentuh Pustaka? "Lebih dari sepertiga waktu anak-anak kita itu habis di sekolah. Sementara survey menyebut budaya baca kita masih rendah. Khusus di Makassar, hanya 39,4%. Kami ingin menumbuhkan budaya baca sejak dini, dan sekolah jadi fondasi utama membangun budaya baca," tegas Tulus.
Baca Juga: Pendiri Rumah Baca Pinisi Bulukumba Sabet Penghargaan Perpusnas RI
Sumber : sulsel.idntimes.com
Makassar.Online Kami Mengumpulkan serta Menyajikan berita dari sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.
Sosmed Kami