RAKYATKU.COM,SEOUL - Virus corona kian mengkhawatirkan di Korea Selatan. Ironinya, virus tersebar dari sebuah gereja. Pemimpinnya seorang wanita dan mengaku sebagai Yesus.
Sebanyak 110 kasus virus baru ditemukan di kota tenggara Daegju dan sekitarnya sejak Rabu. Termasuk kematian pertama negara itu.
Dari mereka, sekitar 70 persen telah dikaitkan dengan cabang Daegu dari Gereja Shincheonji Yesus. Dua layanan terakhir dihadiri pasien yang sebelumnya dikonfirmasi.
Korea Selatan memiliki total 156 kasus virus. Sedikit yang diketahui tentang pasien, kecuali bahwa wanita di 60-an tahun itu. Dia tidak memiliki catatan baru-baru ini bepergian ke luar negeri, namun didiagnosis pneumonia akhir pekan lalu.
Dia awalnya menolak rekomendasi dokter untuk dites virus, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea.
Sekitar 1.000 pengikut gereja Shincheonji yang menghadiri kebaktian hari Minggu bersamanya telah dikarantina di rumah mereka. Sementara pihak berwenang memeriksa mereka untuk virus tersebut. Otoritas kesehatan juga berusaha memantau ribuan lainnya.
Gereja Shincheonji menyalahkan wanita itu atas penyebaran penyakit itu. Mereka mengatakan sudah menyarankan para pengikut sejak akhir Januari untuk tinggal di rumah jika mereka bepergian ke luar negeri atau bahkan mengalami gejala seperti pilek.
Pejabat Gereja mengatakan wanita itu mengira dia menderita flu biasa.
Shincheonji, yang mengklaim 200.000 pengikut di Korea Selatan, mengatakan pihaknya menutup semua 74 gerejanya di seluruh negara. Meminta anggota untuk menonton layanannya di YouTube.
loading...
Shincheonji, yang diterjemahkan sebagai "surga baru dan bumi baru," didirikan pada tahun 1984 oleh Lee Man-hee. Dia dituduh oleh kelompok-kelompok Kristen lainnya sebagai nabi palsu atau pemimpin sesat.
Gereja menggambarkan Lee sebagai 'Pendeta yang Dijanjikan'. Seorang pelayan Yesus yang diutus untuk bersaksi apa yang ia klaim sebagai nubuat yang digenapi dari kitab wahyu.
"Pengikut Shincheonji percaya Lee Man-hee adalah abadi dan memiliki kehidupan yang abadi," kata Ji-il Tark di Universitas Presbyterian Busan di Korea Selatan.
"Untuk menyebarkan kepercayaan mereka, mereka sering mendekati kerabat dan kenalan mereka atau menyelinap ke gereja lain tanpa memberi tahu mereka bahwa mereka adalah anggota Shincheonji," lanjutnya.
Tark mengatakan pengikut Shincheonji kemungkinan lebih rentan terhadap infeksi virus karena mereka sering duduk sangat dekat di lantai selama layanan.
"Di Shincheonji, menghadiri pertemuan yang berhubungan dengan gereja bukanlah suatu pilihan, tetapi suatu persyaratan," katanya.
Gereja mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya sepenuhnya bekerja sama dengan upaya karantina pemerintah. Menuduh kelompok-kelompok gereja arus utama menyebarkan klaim palsu, seperti yang awalnya memerintahkan para pengikut untuk tetap diam tentang penyakit itu.
Sumber : Rakyatku.Com
Makassar.Online Kami Mengumpulkan serta Menyajikan berita dari sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.
Sosmed Kami