Isi Kuliah Umum di Unhas, Mentan Syahrul Tegaskan Perang Lawan Pelaku Alih Fungsi Lahan



MAKASSAR, GOSULSEL.COM – Menteri Pertanian (Mentan) Republik Indonesia, Syahrul Yasin Limpo memberikan kuliah umum di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Jumat (7/2/2020).  Pada kesempatan itu, eks Gubernur Sulsel dua periode ini mengajak mahasiswa untuk menyiapkan diri menghadapi dinamika termasuk tantangan dalam dunia pertanian, yaitu alih fungsi lahan.

“Produksi padi nasional ke depan terancam jika laju alih fungsi lahan pangan khususnya sawah menjadi non sawah tidak dikendalikan,” kata Syahrul yang meraih doktor hukum di FH Unhas dengan judul “Penerapan Prinsip-prinsip Good Governance dalam Pengawasan Fungsional pada Pemerintahan Provinsi Sulawesi”.

Padahal, Pemerintah menurut Syahrul sebetulnya sudah berupaya melindungi lahan sawah produktif dengan membuat undang-undang Nomor 41 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

“Bukan hanya itu saja, Bapak Presiden juga sudah menandatangani Perpres 59 Tahun 2019 tentang Pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah. Ini adalah bukti keseriusan dan komitmen kita bersama bahwa urusan alih fungsi lahan harus kita lawan,” ujar Syahrul.

Menanggapi hal itu, Dekan FH Unhas Farida Patittingi menyampaikan bahwa pemerintah kabupaten maupun pem kota menjadi ujung tombak dalam pengendalian alih lahan tersebut, dengan menerbitkan Perda tentang Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B).

Setidaknya, sampai saat ini sudah ada 67 kabupaten dan kota yang sudah menerbitkan Perda tentang Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B) dan 221 kabupaten dan kota yang menetapkan LP2B dalam Perda RTRW dari 416 kabupaten dan 98 kota yang ada di Indonesia.

“Pertanian bukan hanya masa depan, tapi juga martabat suatu bangsa. Oleh karena itu, kita jaga bersama keberlangsungannya. Dan tugas itu berada di pundak adik-adik semua, sebagai penerus” kata Syahrul.

Mentan Syahrul yang juga Ketua IKA FH Unhas berpesan kepada mahasiswa yang hadir agar memiliki karakter yang tangguh, kompetensi yang mumpuni, bisa berkolaborasi, tidak takut untuk berkompetisi, dan mengasah ketajaman literasi.

“Itu semua harus dipenuhi karena pertanian di masa depan akan sangat berbeda dengan pertanian zaman dulu dan sekarang. Kita tidak bisa menghindar dari digitalisasi dan kompetisi yang keras,” pungkas Syahrul.(*)




Sumber : Gosulsel

Makassar.Online Kami Mengumpulkan serta Menyajikan berita dari sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.