Berkah Virus Corona, Ekspor Tekstil ke AS Melonjak


Jakarta - Ketua Umum Dewan Penasehat Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat mengatakan terjadi peningkatan permintaan produk garmen dari Amerika Serikat akibat merabaknya virus corona atau COVID-19 di China. “Ordernya tumbuh cukup bagus sampai 20 persen dibandingkan biasanya,” ujarnya kepada Tagar di Jakarta, Senin, 24 Februari 2020.

Menurut Ade, pesanan produk tekstil dari negara adidaya tersebut dalam kondisi normal berkisar 4 miliar dolar AS per tahun. Untuk itu, penambahan jumlah permintaan diharapkan dapat mendorong pelaku bisnis pertekstilan di dalam negeri untuk mengakselerasi kegiatan usahanya. “Tahun lalu ekspor tekstil kita ke Amerika kurang lebih 4,7 miliar dolar AS. Jika ada peningkatan 20 persen berarti ada tambahan pesanan senilai 800 juta dolar AS hingga 900 juta dolar AS,” kata dia.

Melalui peningkatan tersebut, industri tekstil dalam negari diharapkan dapat sedikit tertopang, mengingat capaian tahun lalu dirasa kurang menggembirakan. “Tahun lalu produksi cukup stagnan dan lambat sekali. Tahun ini saya lihat ada peluang untuk bisa tumbuh 5 persen,” tutur Ade.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik, ekspor produk pakaian dan aksesoris pada sepanjang 2019 mencapai nilai 4,48 miliar dolar AS, atau lebih rendah dibandingkan perolehan 2018 dengan 4,49 miliar dolar AS. Amerika menjadi negara tujuan ekspor dengan peningkatan paling tinggi untuk periode Desember 2019 dengan 192 juta dolar AS.

Secara keseluruhan, Amerika menjadi negara tujuan ekspor kedua Indonesia dengan persentase 11,41 persen, atau 17 miliar dolar AS. Negara tujuan ekspor utama masih dipegang China dengan 16,68 persen atau setara 25 miliar dolar AS.

Secara umum, nilai ekspor Indonesia pada sepanjang 2019 memiliki valuasi 167,5 miliar dolar AS. Angka tersebut menurun dari perolehan 2018 yang sebesar 180 miliar dolar AS.

Sementara itu, Pemerintah memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 akan terkoreksi sebesar 0,3 persen. Prediksi tersebut dikemukakan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto menyusul merebaknya COVID-19 di daratan China dalam dua bulan terakhir. “Tiongkok merevisi target pertumbuhannya sebesar 2 persen,” ucap dia.

Sebagai informasi, Indonesia dinilai tengah mengalami tekanan perekonomian dengan tingkat pertumbuhan yang stagnan pada angka lima persen. Hingga penutupan 2019, angka pertumbuhan ekonomi hanya menyentuh level 5,02 persen atau lebih rendah dari 2018 yang tercatat 5,17 persen. Jika koreksi 0,3 persen benar terjadi pada tahun ini, maka level baru pertumbuhan di angka 4 persen akan kembali terulang sejak terakhir kali pada 2015 dengan 4,8 persen. []

Baca Juga:

Berita terkait



Sumber : Tagar.ID

Makassar.Online Kami Mengumpulkan serta Menyajikan berita dari sumber terpercaya baik media massa terkemuka di Indonesia maupun akun sosmed yang memiliki integritas dalam menyajikan berita keadaan di Makassar.